Massa Turun Ke Jalan, Unjuk Rasa Pasca Ledakan di Beirut Ricuh

demo beirut
demo beirut (Foto : )
Massa di Beirut, Lebanon turun ke jalan berdemonstrasi usai peristiwa ledakan. Massa memprotes karena ledakan itu membuat merekakehilangan tempat tinggal.
Dilansir dari AFP, demonstrasi digelar pada Sabtu (8/8/2020), di depan Kementerian Luar Negeri. Kemarahan massa memuncak karena ledakan mematikan itu membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.Di jalanan, massa menyalahkan politisi atas kejadian ledakan yang menewaskan 158 orang tersebut. Demonstran berbaris di jalan-jalan yang rusak oleh ledakan, berkumpul di Lapangan Martir pusat, tempat sebuah truk terbakar.Kericuhan pun terjadi saat demonstrasi. Pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran yang melempar batu.Polisi mengatakan, seorang petugas jatuh hingga tewas setelah serangan orang sejumlah perusuh selama protes."Seorang anggota pasukan keamanan internal tewas ketika... membantu orang-orang yang terperangkap di dalam hotel Le Grey," kata kepolisian di akun twitter tanpa memberikan rincian tambahan.Peristiwa itu terjadi setelah sebuah kelompok yang dipimpin oleh pensiunan tentara Lebanon menyerbu Kementerian Luar Negeri dan menyebutnya sebagai 'Markas Revolusi.'"Kami mengambil alih Kementerian Luar Negeri sebagai tempat revolusi," kata seorang pensiunan perwira, Sami Rammah dengan pengeras suara."Kami menyerukan kepada semua orang Lebanon yang menderita untuk turun ke jalan untuk menuntut semua koruptor," ujarnya sambil menyerukan komunitas internasional memboikot pemerintah.Selain di Kementerian Luar Negeri, massa pun menyerbu markas besar asosiasi perbankan negara itu. Mereka kemudian dikejar oleh pasukan keamanan yang masuk melalui pintu belakang.Ada pula massa yang masuk ke Kementerian Ekonomi meski sebentar. Tumpukan dokumen berserakan di jalanan.Palang Merah Lebanon menyampaikan, telah membawa 63 orang pengunjukrasa pemprotes ke rumah sakit terdekat. Selain itu sebanyak 175 orang dirawat tanpa menyebut identitas mereka.
AFP