Proyek Jurassic Park Taman Nasional Komodo Jadi Polemik, Ini Penyebabnya

Proyek Jurassic Park Taman Nasional Komodo Jadi Polemik, Ini Penyebabnya (Foto Istimewa)
Proyek Jurassic Park Taman Nasional Komodo Jadi Polemik, Ini Penyebabnya (Foto Istimewa) (Foto : )
Penataan itu juga meliputi bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, dan toilet publik.
Kementerian PUPR, yang ditugaskan Presiden Jokowi, juga akan membangun kantor pengelola kawasan, selfie spot, klinik dan gudang. Termasuk ruang terbuka publik, dan penginapan untuk peneliti.
Lalu pembangunan pemandu wisata (ranger), area trekking untuk pejalan kaki dan selter pengunjung didesain melayang atau elevated. Hal itu dimaksudkan agar tidak mengganggu lalu lintas komodo.Basuki mengeklaim, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu. Baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih.Termasuk pengelolaan sampah, sanitasi, serta perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur.Secara keseluruhan untuk tahun 2020, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 902.47 miliar. Dana sebesar itu untuk mengerjakan 43 paket kegiatan infrastruktur di KSPN Labuan Bajo.Infrastruktur yang meliputi peningkatan kualitas layanan jalan dan jembatan, penyediaan sumber daya air, permukiman, dan perumahan.Basuki mengatakan, upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo dilakukan secara bertahap. Pembenahan infrastruktur yang akan menjadi prioritas.Lima penataan Zona Waterfront dimaksud kini akan memasuki tahap lelang yang terdiri atas Zona A Bukit Pramuka.Zona B Kampung Air, Zona C Dermaga, Zona D kawasan Pantai Marina (Inaya Bay), dan Zona E Kampung Ujung."Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, seluruh pembangunan infrastruktur untuk Labuan Bajo harus selesai tahun 2020. Semua desain sudah selesai, sudah mulai lelang pada Desember 2019. Sehingga kegiatan konstruksi fisik dapat dimulai pada Februari-Maret. Dan selesai akhir Desember 2020," kata Basuki.Penataan Waterfront Labuan Bajo di 5 zona tersebut meliputi Pengembangan Zona A yang dilakukan dengan membangun promenade.Zona pejalan kakim itu akan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman. Termasuk taman, kios-kios, dan menara pandang di Bukit Pramuka.Penataan Zona B merupakan lanjutan pengerjaan yang telah dilakukan Kementerian PUPR di Kampung Air.Pengerjaan meliputi penataan ruang-ruang terbuka dengan tema "Tangga Bajo" yang didesain agar setiap sudut ruang dapat diakses publik. Termasuk masyarakat lokal, nelayan, dan warga kampung pesisir.Panggung-panggung terbuka juga dibangun. Tujuannya agar masyarakat dan wisatawan dapat berbaur menikmati pertunjukan seni tradisional atau atraksi seni lainnya.Selanjutnya pada Zona C, akan dilakukan penataan Dermaga di kawasan sekitar Pelabuhan Petikemas Bajo. Nantinya tempat itu akan dipindah ke wilayah Wae Klambu.Penataan dilakukan dengan memperlebar ruang publik lebih menjorok ke laut dengan membangun sculpture dan fasilitas ruang tunggu. Ada juga kantor pengelola, pusat informasi, serta plaza festival.Saat ini pesisir pantai tersebut menjadi lokasi bersandar kapal-kapal wisata berbagai jenis, pinisi ataupun yacht.Tempat itu juga menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara melalui laut. Sementara semua kegiatan wisata laut masih bercampur aksesnya dengan kegiatan peti kemas.Selanjutnya, Zona D merupakan area komersial yang disebut dengan kawasan Pantai Marina yang dikelola oleh ASDP Kementerian BUMN.Pada zona ini, akan dilakukan penyelarasan trotoar dengan desain yang sama di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Bawah.Penataan Zona E, merupakan pengembangan dari kawasan wisata kuliner Kampung Ujung yang telah dibangun oleh Kementerian PUPR.pembangunan dilakukan pada TA 2017-2018 berupa deretan tenda untuk menjual makanan yang didesain berwarna putih dengan sistem knock-down.Pada kawasan ini wisatawan dapat menikmati beragam olahan seafood di tepi laut dengan tenda-tenda yang bisa menjadi spot untuk swafoto.