HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Sosok yang Selalu Dirindu

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Sosok yang Selalu Dirindu (Foto Kolase)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Sosok yang Selalu Dirindu (Foto Kolase) (Foto : )
Senin 15 Februari 1988 M atau 28 Jumadilakhir 1408 H, seorang hamba Allah – H. Achmad Bakrie – kembali ke haribaan-Nya dalam usia 72 tahun.
Kerabat keluarga dan para ahli telah memberikan yang terbaik. Namun, pukul 09.15 di RS. General Medical Center Sinjuku Tokyo, Jepang, takdir Ilahi jua yang menentukan.Tinggallah istri tercinta Hj. Roosniah Bakrie yang melahirkan empat orang anak kebanggaannya, dan 11 orang cucu tersayang yang memanggilnya “Atuk”.Tinggalah nama bertuah 'Bakrie & Brothers' yang di dalamnya bernaung lebih 13 ribu orang
(data tahun 1991, saat buku 'H. Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" ditulis), dengan sekitar 50 anak perusahaan  (data tahun 1991, saat buku 'H. Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" ditulis) di dalam maupun di luar negeri.Pukul 06.00 pagi jenazah H. Achmad Bakrie diberangkatkan dari kediamannya, Jalan Terusan Hang Lekir IV/32 Simpruk, setelah dilakukan salat jenazah dipimpin oleh KH. Kosim Nurseha.Tidak Kurang dari 5.000 orang saat itu ikut melayat di rumah duka. Sebagian diantaranya ikut mengiringi jenazah ke peristirahatan terakhir di TPU Karet, Jakarta.Di antara pejabat tinggi negara yang hadir, atau yang sempat terlihat waktu itu, ialah Soedharmono, SH., Soepardjo Rustam, Bustanil Arifin, B.J. Habibie, Achmad Tahir, Radius Prawiro, Ismail Saleh, JB. Sumarlin, Arifin M. Siregar, Affandi (Mentan, almarhum). Tokoh senior yang terlihat ialah Sri Sultan Hamengkubuwono IX (almarhum), BM. Diah, Budiardjo.Kalangan pengusaha tampak Hasjim Ning, Edward Soerjadjaja, dan ribuan untuk disebut semuanya. Mantan Gubernur DKI Ali Sadikin juga tak ketinggalan. Alamsjah Ratuperwiranegara bertindak sebagai “ahlul bait” mewakili keluarga.Bahkan dalam rangkaian upacara di rumah duka dan di tempat peristirahatan terakhirnya, juga tampak tiga “Panglima” ABRI (TNI saat ini): Jenderal M. Yusuf, Jenderal L.B. Moerdani, dan Jenderal Try Sutrisno.Sepanjang hidupnya, almarhum H. Achmad Bakrie terbilang jarang sakit. Mungkin selain karena mencintai profesinya, bergaul dengan banyak kalangan, dan juga dalam waktu luang ia rajin berolah raga (di antaranya jogging dan golf), menikmati karya seni (lukisan dan patung serta puisi), berlibur dengan keluarga dan sahabat, membaca, dan bercengkerama dengan cucu-cucunya.Kesehatannya mulai terganggu ketika pada tahun 1985, bersama keluarga dalam suatu perjalanan, mobilnya slip masuk ke sawah di ruas jalan Serang-Jakarta. Kecelakaan itu tidak membawa korban, hanya rasa nyeri di tangan dan kaki almarhum berkepanjangan.Penyakit yang termasuk serius dua tahun sebelum meninggal adalah diabetes dan jantung. Di antaranya sempat dirawat di RS. Pondok Indah dan perawatan intensif di RS. Sumber Waras yang kemudian diterbangkan ke Jepang.Semangatnya untuk hidup tetap kuat. Suatu ketika ia bahkan dalam keadaan sakit mengatakan, agar anak-anaknya jangan menangis, jangan berkecil hati dan harus tegar. Odi Roosmania Kusmuljono, anak perempuan satu-satunya, tidak kuat mendengar kata-kata itu hingga perlu ditenangkan saudara-saudaranya.Dalam keadaan sakit, H. Achmad Bakrie, Atuk 11 cucu (data tahun 1991, saat buku 'H. Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" ditulis)