HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Lebih Terkesan Seniman

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Lebih Terkesan Seniman (Foto Dokumen Keluarga)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Lebih Terkesan Seniman (Foto Dokumen Keluarga) (Foto : )
Dalam hidup keseharian, H. Achmad Bakrie memunculkan profil sebagai seorang seniman. Artinya, selain memang menggandrungi benda dan karya seni, juga dalam mengutarakan pikiran, gagasan, dan perhatiannya pada keluarga.
Pendek kata, perilaku dalam berinteraksi, berkomunikasi dan berekspresi mencerminkan sikap seorang seniman. Kesan itu sulit dibantah, sebab yang mengungkapkannya adalah orang paling dekat almarhum - Ibu Hj. Roosniah Bakrie.Tampaknya juga tidak berlebihan, melihat kurun waktu hidup dalam ikatan perkawinan selama hampir 43 tahun. Ibu Hj. Roosniah Bakrie yang dilahirkan pada 17 juni 1926 di Pangkalan Berandan (Sumut) dari pasangan H. Achmad Nasution dan H. Halimatusa’diah ini menikah dengan pemuda H. Achmad Bakrie di Jakarta pada 17 November 1945.Selama mengarungi bahtera rumah tangga, ibu Roos, begitu ia biasa dipanggil, tidak menafikan bahwa perbedaan pendapat dengan suaminya adalah wajar dan manusiawi. Tetapi “kesenimanan” H. Achmad Bakrie sebagai suami dan (tentunya) diimbangi “keseniwatian” ibu rumah tangga ini, sehingga problema serumit apapun senantiasa terpecahkan secara bijaksana.Umpamanya dalam hal mendidik anak. Mereka “mengharamkan” bertengkar di depan anak-anak. Padahal konsep mendidik anak pada dasarnya antara suami dan istri terdapat perbedaan “setebal kulit bawang dan setipis helai rambut.”[caption id="attachment_291847" align="aligncenter" width="900"]
Menggamit Sang Istri dengan Mesra, Ketika Merayakan Usia ke 40 Perkawinan Mereka di Hotel Bintang Lima Jakarta, 1985 (Foto Dokumentasi Keluarga)[/caption]Sang ibu sangat mementingkan untuk menghargai uang, sedangkan suami lebih menekankan pemanfaatan uang secara positif, misalnya menunjang kebutuhan sekolah anak-anaknya. Agaknya suami teringat betapa susahnya untuk maju karena keterbatasan biaya, ketika dulu bersekolah di zaman kolonial.Suatu ketika putrinya, Roosmania (Odi) berandai-andai bila mempunyai uang lebih, ingin rasanya membeli makanan kaleng. Tidak dinyana sang ayah mendengarnya, lalu seonggok makanan kemasan kaleng “muncul” di atas meja makan.Makanan instant itu agaknya terbilang mewah bagi kehidupan sederhananya semasa kuliah di ITB. Bahkan “kontainer” Odi, tanpa setahunya, penuh dengan makanan kalengan.Odi dan Ical di Jakarta ketika itu sedang berkemas kembali ke Bandung. Setiap hari Jumat H. Achmad Bakrie spesial mengajak anakanaknya salat Jumat. Selesai jumatan dengan anak-anak barulah ia berangkat ke kantor. "Belum bisa lima waktu, empat atau tiga dulu. Pokoknya mesti salat,” tutur Ibu Roosniah mengingatkan ucapan suaminya untuk membiasakan anak-anak mereka menjalankan perintah salat. "Jadi ketaatan pada agama juga merupakan bagian dari kasih sayang Bapak pada anak-anaknya,”