Terungkap! Kasus Covid-19 di Jawa Timur Lampaui DKI Jakarta, Ini Penyebabnya

humasprovjatim
humasprovjatim (Foto : )
Kasus Covid-19 di wilayah Jawa Timur melampaui DKI Jakarta. Mengapa bisa terjadi? Beberapa ahli mengungkap penyebabnya.
Sejak akhir Juni, Jawa Timur menyumbangkan kasus COVID-19 baru terbanyak di Indonesia.Provinsi ini kini memiliki total kasus COVID-19 tertinggi (22%), sekitar 16.600 kasus per 13 Juli, mengungguli DKI Jakarta (sekitar 14.500 kasus). Secara umum penularan Covid-19 di tengah masyarakat di Jawa Timur belum bisa dikendalikan.“Tingkat kematian akibat COVID-19 di provinsi ini juga yang tertinggi di antara 38 provinsi, yaitu 7,57%, menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur per 5 Juli. Data ini termasuk kematian petugas kesehatan mencapai 6%," demikian disampaikan Dosen Epidemilogi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, M. Atoillah Isfandiari, seperti dilansir dari laman
The Conversation , Senin (13/7/2020).Menurut Atoillah, ada dua penyebab utama mengapa saat ini Jawa Timur menjadi provinsi yang melampaui DKI Jakarta dalam jumlah kasus Covid-19 maupun pertambahan kasus baru.Pertama, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di Jawa Timur yang masih relatif rendah dan kedua, lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Jawa Timur.“Perilaku individu memang sulit diubah, tapi jika pemerintah persuasif dan tegas, mereka akan patuh karena ini menyangkut keselamatan penduduk secara keseluruhan. Menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker merupakan protokol kesehatan yang mudah dilaksanakan untuk mencegah penularan Covid-19,” jelas Atoillah.Atoillah mendapatkan data, angka ketidakpatuhan penggunaan masker di Jawa Timur mencapai 70% saat berakvitas ekonomi dan sosial di luar rumah. Artinya hanya sekitar sepertiga penduduk yang memakai masker saat berinteraksi di ruang publik.Temuan itu merupakan  hasil survei evaluasi implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) tahap pertama dan kedua yang dilakukan pada Mei. Survei digelar oleh Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Jawa Timur dan Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.Dari survei ini ditemukan mayoritas responden, sekitar 62%, tidak menjaga jarak fisik 1-2 meter saat beraktivitas di luar rumah.Survei serupa dari lembaga yang sama pada 23-24 Juni menunjukkan ada peningkatan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan meski belum mencapai 80%.Penggunaan masker dan menjaga jarak fisik merupakan protokol kesehatan yang paling mudah dilaksanakan, bisa diamati dan dievaluasi pelaksanaannya sehingga level kepatuhan masyarakat terhadap protokol ini bisa diukur.Penyebab kedua adalah lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Jawa Timur.Salah satu kebijakan yang harus diterapkan di ketiga daerah ini, juga di 7 kabupaten/kota lain yang zona merah dan 22 kabupaten/kota zona oranye, adalah pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat.Akan tetapi kenyataan di lapangan, saat ini tidak ada kebijakan dengan penegakan sanksi tegas yang terkait pembatasan tersebut.Berdasarkan data yang direkam Google Mobility selama Idul Fitri hingga minggu terakhir Juni, mobilitas dan interaksi di dalam maupun antarwilayah di 31 kabupaten kota ini masih cukup tinggi.Dari fakta ini, maka tidak mengherankan bila salah satu kabupaten yang sempat menjadi zona hijau, Kabupaten Madiun, saat ini menjadi zona kuning kembali.Saat ini 75% kasus COVID-19 di Jawa Timur disumbang oleh Surabaya Raya: Kota Surabaya, sebagian Kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Ketiga daerah tersebut saat ini termasuk zona merah.“Mobilitas masyarakat ini berpotensi semakin meningkatkan pertambahan kasus baru karena pada akhir Juli ini akan ada kegiatan keagamaan Idul Adha, dan kecenderungan ini terlihat dari peningkatan arus kendaraan. Secara tradisi, Lebaran Haji merupakan waktu mudik bagi sebagian masyarakat Jawa Timur, terutama yang berdomisili di Pulau Madura,” pungkas Atoillah.