Serunya Memacu Adrenalin Lomba Pacuan Kuda Tradisional

Sapiii
Sapiii (Foto : )
salah satu warga yang mengikuti lomba
[/caption]Saat panitia lomba mengibarkan bendera start, para joki kuda langsung memacu kudanya untuk lari. Agar kuda mau berlari dengan kencang, para joki memecut tubuh bagian belakang kuda menggunakan alat cambuk ataupecut dari rotan.karena kurang konsentrasi dalam mengendalikan kudanya, sejumlah peserta terjatuh setelah kudanya hilang kendali dan menabrak penonton yang berjubel dipinggir lintasan lomba pacuan kuda. Beruntung sang joki dan penonton tidak mengalami luka luka yang serius.Meski harus bertaruh nyawa, para joki mengaku senang bisa mengikuti lomba pacuan kuda tradisional ini. Selain bisa menghibur warga, mereka juga bisa menyalurkan hobi berkuda yang mereka gemari sejak masih duduk di bangku SD.Menurut ketua panitia lomba, Rikwanto, lomba pacuan kuda tradisional ini diselenggarakan dalam rangka sedekah bumi. Di babak penyisihan, peserta dibagi 4 grup, masing-masing grup terdari atas 3 pembalap.Mereka akan melakukan balapan dengan 3 putaran, yang mencapai garis finish pertama akan melaju ke babak final. Setelah berhasil menemukan empat nama yang terdepan dalam tiap grup, keempat finalis ini akan bersaing memperebutkan posisi juara satu, dua dan tiga dengan melintasi lintasan balap sebanyak 5 kali putaran.Delain peserta dari desa-desa yang ada di Kabupaten Rembang, lomba pacuan kuda tradisional ini juga melombakan kelas eksibisi yang pesertanya berasal dari sejumlah kabupaten disekitar Rembang.Balap kuda tradisional ini adalah salah satu tradisi lokal dari beberapa desa di Kabupaten Rembang yang terus dilestarikan oleh warga setempat.Kesenian pacuan kuda tradisional ini sudah ada sejak zaman Majapahit.Saat itu, Pangeran Sri Sawardana, adik penguasa Lasem, Bhree Lasem, atau Dewi Indu, berniat membentuk prajurit. Selain di desa Karangsari, Kecamatan Sulang, lomba serupa setiap tahun juga digelar di Desa Ngadem, Ngotet, dan Desa Pengkol,Kecamatan Kaliori, Rembang.Tradisi sedekah bumi merupakan tradisi yang dipertahankan masyarakat pesisir timur Jawa Tengah, sebagai ungkapan syukur masyarakat karena telah berhasil menikmati rezeki yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.Balap kuda tradisional ini juga bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung di Kabupaten Rembang.Demikian Laporan Abdul Rohim dari Rembang, Jawa Tengah.