Cucu Sultan Keraton Jogja Naik ke Merapi. Ada Apa?

Cucu Sultan Keraton Jogja Naik ke Merapi. Ada Apa?
Cucu Sultan Keraton Jogja Naik ke Merapi. Ada Apa? (Foto : )
Cucu Sri Sultan Hamengku Buwono X RM Gustilantika Marrel Suryokusumo menjajal lintasan ATV Watugede di Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (5/9). Foto: Istimewa[/caption]Selain mencoba lintasan, pehobi speed offroad ini juga didaulat untuk menanam pohon jenis beringin di bantaran Sungai Gendol. Marrel juga menyatakan bersedia untuk menjadi bagian tim Suhartono dan Komunitas Pagar Merapi yang berupaya "menyembuhkan" lahan kritis lereng Merapi.[caption id="attachment_371321" align="alignnone" width="900"]
Pewaris Tahta Keraton Jogja Naik ke Merapi. Ada Apa?
Foto: Istimewa[/caption]Sekitar 1.200 pohon beringin telah disiapkan oleh komunitas untuk ditanam secara berkala di beberapa lokasi rawan. Mengapa beringin? "Selain akarnya dapat menahan erosi, pohon beringin juga memiliki kemampuan menyerap air yang baik," kata Suhartono.Persoalan air juga menjadi fokus Marrel. Menurutnya, lereng Merapi adalah daerah tangkapan air (water catchment area) yang menyangga pasokan hampir seluruh sungai di wilayah Yogyakarta.Sarjana jurusan Hubungan Internasional dan Politik dari Inggris itu menyebut, pasokan air dari lereng Merapi cukup vital bagi kelangsungan hidup warga Yogyakarta. Persoalan produksi pangan di Yogyakarta memiliki persoalan yang pelik.Lahan pertanian di seluruh provinsi seluas 100 ribu hektare pada tahun 2016 dan terus berkurang akibat gerusan peruntukkan lain, pasokan air yang tidak stabil dan pertambahan penduduk menjadi benang kusut yang harus diurai."Selain itu, produktivitas juga tidak semua optimal karena kualitas lahan yang tidak semuanya baik," kata Marrel.Untuk memenuhi kebutuhan, Yogyakarta harus melakukan distribusi silang dengan memasok kebutuhan pangan ke kabupaten yang minus dari kabupaten lain yang mengalami surplus. Langkah itu diakui Marrel tidak dapat dilakukan terus menerus karena cepatnya laju pertambahan penduduk, terutama akibat urbanisasi spasial di wilayah pinggiran Yogyakarta.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum lama ini merilis hasil penelitian yang menyebut Pulau Jawa diperkirakan akan kehilangan air pada tahun 2040. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6% potensi air dunia.

Berdasarkan penelitian para ahli LIPI yang dipublikasikan dalam kajian lingkungan hidup strategis dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bappenas tahun 2019 itu, krisis air dan bencana kekeringan mengancam dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi itu dipicu perubahan iklim, pertambahan penduduk hingga alih fungsi lahan.

Selain mengunjungi ATV Watugede, Marrel juga menyempatkan diri bertemu langsung dengan kelompok masyarakat di Kaliurang Timur. Di wilayah ini, Marrel diajak mengunjungi program rintisan pengelolaan pariwisata tanpa mengubah fungsi lahan.[caption id="attachment_371318" align="alignnone" width="900"] Cucu Sultan Keraton Jogja Naik ke Merapi. Ada Apa?