Miris, Ada Dokter Sendirian Merawat 190 Pasien Covid-19 Tak Menerima Insentif

Miris, Ada Dokter Sendirian Merawat 190 Pasien Covid-19 Tak Menerima Insentif (Foto Istimewa)
Miris, Ada Dokter Sendirian Merawat 190 Pasien Covid-19 Tak Menerima Insentif (Foto Istimewa) (Foto : )
Miris, ada dokter sendirian merawat 190 pasien covid-19 tanpa menerima Insentif, padahal tugas tenaga medis di tengah pandemi virus corona tentu sangatlah berat.
Tugas yang tak kalah berat sejatinya tidak hanya merawat pasien covid-19 dengan sepenuh hati, namun mereka juga harus jauh dari keluarga.Namun apa yang dialami Dokter Sugih Wibowo (37) sugguh di luar dugaan, dirinya tak pernah menyangka bakal menjadi dokter yang merawat 190 pasien positif virus corona tanpa menerima insentif sama sekali.Dokter Sugih merupakan satu-satunya dokter yang diberi tanggung jawab untuk merawat pasien Covid-19 yang tergabung dalam program duta wisata Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Harper, Makassar.Sejak 25 Mei 2020 lalu, pria yang sebelumnya bekerja di Puskesmas Maros ini rela meninggalkan istri dan anaknya yang berusia tiga bulan demi tugas dan tanggung jawab kemanusiaan.Namun, dokter Sugih tidak menyangka bakal menjadi satu-satunya dokter di Hotel Harper yang merawat 190 pasien.Tentu saja apa yang dialami dokter Sugih, berbeda dengan hotel-hotel lain yang menjadi tempat program wisata Covid-19 yang diisi beberapa dokter."Di sini saya hanya sendirian dokter dan ditemani tiga orang perawat tangani 190 pasien. Kita bagi shift, digilir, dan tetap saling backup," kata Sugih saat diwawancara sejumlah wartawan, Kamis (2/7/2020).Tugas Sugih sebagai garda terdepan dalam menyembuhkan pasien Covid-19 dijalankannya dengan sikap profesionalisme tinggi.Meski sadar resiko terpapar dan kelelahan mengintai, tapi hal itu tak menyurutkan Sugih bersama tiga perawat untuk merawat pasien Covid-19 tiap harinya."Ini jelas tidak sebanding. Jumlah pasien di sini dengan kami. Selama 24 jam full saya standby terus. Saya memang mengajukan diri, tapi tidak berpikir kalau sampai sendiri begini," kata Sugih.Selama menangani pasien Covid-19, Sugih mengaku menemui pasien dengan keluh kesahnya sendiri.Meski umumnya menangani pasien Covid-19 yang berstatus orang tanpa gejala (OTG), tetapi kebanyakan pasien merasa tidak nyaman.Dokter Sugih juga mengatakan bahwa ada pasien yang mengalami stres saat dikarantina hingga mengalami keguguran. Ada juga pasien yang ingin bunuh diri."Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," ucap Sugih.Sugih berujar, sejak menangani pasien Covid-19 di Hotel Harper, telah menerima surat perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab selama tiga kali.Dengan surat perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab selama tiga kali itu, maka pupus sudah harapan untuk bertemua melepas kerinduan terhadap istri dan anaknya yang masih berusia 3 bulan.Sugih hanya bisa meneteskan air mata kala tak bisa bersentuhan lagi dengan keluarganya."Kalau terlalu rindu saya pasti menangis. Saya juga kecewa tidak berpikir diperlakukan seperti ini," ujar Sugih.Kesedihan Sugih tak berhenti sampai di sini. Insentif, yang sebelumnya dijanjikan Presiden Joko Widodo tak kunjung diterimanya sampai saat ini.Tentu saja Sugih kecewa lantaran segalanya telah dia curahkan demi merawat pasien yang terpapar virus corona.Kekecewaan itu kadang memuncak ketika istrinya menanyakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan keperluan sang anak."Semua rasa kecewa bercampur di situ. Saya harap ke depannya pemerintah tidak lagi memperpanjang masa tugas sebagai penanggung jawab," ucap Sugih memelas.Menaggapi kondisi dokter Sugih, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maros Syarifuddin menjelaskan, tugas Dokter Sugih Wibowo di Hotel Harper hanya menangani pasien Covid-19 bergejala ringan."Hotel Harper itu bukan rumah sakit darurat, tapi tempat karantina terpusat yang diberi nama rekreasi duta Covid-19," kata Syarifuddin, Jumat (3/7/2020).Dokter Sugih hanya didampingi 3 perawat, relawan, admin, serta sopir ambulans yang siap mengantarkan pasien bila ditemukan ada gejala.Mereka hanya bertugas mengantisipasi peserta duta Covid-19 bila sewaktu-waktu mengalami sakit berat yang perlu dirujuk."Kenapa sendiri? Karena memang hanya berjaga bukan merawat karena bukan rumah sakit. Setiap periode penugasan selama 14 hari, disiapkan kamar untuk menginap," ujar Syarifuddin.Syarifuddin menambahkan, Dokter Sugih telah melalui tiga periode masa penugasannya dan belum digantikan lantaran belum ada dokter di Maros yang mendaftar menjadi relawan untuk bertugas di hotel tersebut.Bila Dokter Sugih keberatan dengan perpanjangan masa periode tugasnya, seharusnya bisa menolak pada periode kedua."Penugasan beliau berdasarkan keikhlasan untuk menjadi relawan dan berkali-kali membuat statement biar seterusnya beliau bersedia bertugas sebagai relawan," ucap dia.Pernyataan Dokter Sugih yang pada akhirnya mengeluhkan perpanjangan masa periode penugasan, kata Syarifuddin, diduga dari pembayaran insentif yang belum cair.Dia menjelaskan, insentif tenaga medis, relawan, dan dokter yang bertugas di hotel program wisata Covid-19 kini sedang dalam proses pembuatan SK Bupati sebagak payung hukum."Kenapa terlambat? Karena 14 hari pertama kami Dinkes Maros menganggap itu kewenangan provinsi karena program ini adalah kegiatan pemerintah provinsi Sulsel. Dan peserta rekreasi Duta COVID-19 berasal dari 24 Kab/Kota se-Sulsel," pungkasnya.