Tahukah Anda? … Tidak, Saya Bandeng! Saya Wingko! Saya Lunpia!

Tahukah Anda? … Tidak, Saya Bandeng! Saya Wingko! Saya Lunpia!
Tahukah Anda? … Tidak, Saya Bandeng! Saya Wingko! Saya Lunpia! (Foto : )

Ada tiga pilar dominasi bisnis lunpia yaitu Lunpia Gang Lombok dimotori Siem Swie Kiem, Lunpia Jalan Pemuda oleh Siem Swie Hie dan Lunpia Jalan Mataram oleh Siem Hwa Nio yang tidak lain adalah ibunda sang maestro chef Tan Yok Tjay.

Siem Hwa Nio merupakan nenek Cik Me Me yang kini sedang gigih berjuang memberdayakan kearifan budaya lokal kuliner Lunpia Delight.

Sedangkan Siem Siok Lien, anak Siem Swie Hie buka di Jl. Pemuda dan Jl. Pandanaran yang dikenal dengan nama Lumpia Mba Lien.

Sedangkan cucu dari Siem Swie Wek (saudara dari Siem Swie Kiem, Siem Swie Hie, dan Swiem Hwa Nio), Shella Audrey, juga membuka usaha bernama Java Loenpia.

Mengapa dinamai Lunpia?Jajanan semacam dadar gulung ini oleh Tjoa dan Wasih biasa dipasarkan di Olympia Park, pasar malam di Semarang pada jaman Belanda sekitar tahun 1917. Dari Olympia inilah makanan rakyat ini disebut "Lumpia". Kemudian seiring waktu ada pula yang menyebutnya Lunpia, Loenpia.[caption id="attachment_335978" align="alignnone" width="1024"] Tahukah Anda? … Tidak, Saya Bandeng! Wingko! Lunpia! Silsilah dinasti Tjoa - Wasih yang mendominasi bisnis lunpia di Semarang. Foto: Lunpia Mataram[/caption]Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengakui kata Lumpia yang berarti penganan yang dibuat dari adonan tepung dan telur yang didadar, diisi daging, rebung, dan sebagainya, lalu digulung, biasanya digoreng. KBBI tak mengakui kata Lunpia. (*)