HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir (Foto Perpustakaan Bakrie)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir (Foto Perpustakaan Bakrie) (Foto : )

Untuk hal seperti ini, Tahir suatu kali berujar pada istri Bakrie. “Saya bilang sama kakak (Ibu Roosniah Bakrie, pen.), Aburizal ini langka. Dia memiliki tanggung jawab begitu besar. Kita doakan supaya terus berlanjut, ... Ical (Aburizal) kini menjadi aset nasional yang berhasil.”

Keteladanan lain Bakrie menurut jenderal berbintang tiga purnawirawan dari kesatuan (korps) infantri ini adalah komitmen pada negara.

“Rasanya yang tidak dikerjakan H. Achmad Bakrie adalah menyuap. Dia tetap mematuhi segala peraturan dan moral bangsa, tidak melakukan suap menyuap di bawah meja dan sebagainya,”

Lebih jauh Tahir melihat, bahwa H. Achmad Bakrie ikut mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam memilih bidang usaha. misalnya, selain menekuni perdagangan umum, H. Achmad Bakrie merintis industri dengan mendirikan pabrik pipa.Itu menurut Achmad Tahir bukan pekerjaan main-main. Secara ekonomi banyak devisa bisa kita hemat tanpa menggantungkan sepenuhnya pada impor pipa. Sehingga perintisan itu menuju kepada kemandirian bangsa. Belakangan banyak orang tersadar bahwa pilihan atas industri pipa adalah bidang strategis dan untuk mewujudkannya, selain modal besar sudah tentu memerlukan manajemen teknik yang canggih.Kita pernah mengalami kesulitan pipa yang banyak dibutuhkan negara. “I’m a steel man, bukan ditulis still, ha ha ha...” kenang Tahir menirukan suatu bentuk kehangatan pribadi H. Achmad Bakrie.Kepiawaian Bakrie memilih industri pipa baja dan kiat-kiat bisnis lainnya yang sarat nilai menjadi penawar luka bagi pengusaha bumiputra, yang sejak masa kolonial sudah tertanam citra buruk bahwa “inlander” (pribumi) itu bodoh segala-galanya.Selalu dikatakan bahwa kita ini tidak pintar berdagang. Padahal “orang kita” banyak yang pintar dan “orang itu” ada juga yang bodoh. “Lihatlah wajah buronan di televisi...”