Mengapa Indonesia? Mengapa Bukan Sunda?

Mengapa Indonesia? Mengapa Bukan Sunda?
Mengapa Indonesia? Mengapa Bukan Sunda? (Foto : )

Dia menyebutnya "Indu-nesians" yang sebenarnya langsung dibuangnya karena baginya terlalu umum dan menggantinya dengan istilah yang dianggapnya lebih khusus yaitu "Melayunesians".

Seorang koleganya, bernama James Logan tidak mengindahkan keputusan Earl dan merasa bahwa "Indonesia" lebih tepat untuk menggambarkan kesatuan geografis (bukan etnografis dan politik).

Tahun 1987 seorang antropolog asal perancis bernama E.T. Hamy juga mengikuti Logan menggunakan kata Indonesia untuk menjabarkan kelompok-kelompok ras prasejarah dan pramelayu tertentu di kepulauan itu.

Demikian pula Adolf Bastian, ahli etnografi asal Jerman juga mengikuti Logan menggunakan "Indonesia" dalam 5 jilid karyanya antara 1884-1894. Nama Indonesia makin gencar digunakan.

Bahkan dalam jilid kedua ensiklopedi Hindia-Belanda karya Kern dituli: "dalam pengertian geografis, wilayah ras melayu adalah ranah kepulauan, yang terbagi menjadi Indonesia, New Guinea, Melanesia, Polinesia, Mikronesia, Filipina, Selandia Baru dan Madagaskar, juga semenanjung Melaka dan pedalaman Formosa".

Sumber: 1. Gustaaf Kusno | Kompasiana 18 Mei 2012 2. The Idea of Indonesia, R.E. Olson, Serambi 2009 (D Wuala Tanggopu) 3. Peta ‘Isole Della Sonda’, Giacomo de Rossi, 1683 4.

Lukisan ‘Habitans des Isles dela Sonde’, Mallet, Allain Manesson, 1719 Catatan: Wilayah Bali, NTB dan NTT sebelumnya tergabung dalam Provinsi Sunda Kecil berdasarkan PP No. 21/1950 (Lembaran Negara Tahun 1950 No. 59) yang kemudian berubah menjadi Nusa Tenggara berdasarkan UU Darurat No. 99/1954 yang kemudian ditetapkan dengan UU tanggal 6 Februari 1958.