Maria dari Mesir, Mantan Pelacur, Santa Pelindung Para Pendosa

Maria dari Mesir, Mantan Pelacur, Santa Pelindung Para Pendosa
Maria dari Mesir, Mantan Pelacur, Santa Pelindung Para Pendosa (Foto : )

Di kalender liturgi namanya tidak ditemukan. Mungkin ia tergolong santa 'kecil', tak terkenal, atau lokal. Namun kisah riwayatnya sangat berguna bagi umat beriman yang sedang melakoni ziarah batin di masa Prapaskah 2020 ini.

Maria, sejak usia 12 tahun sudah jatuh dalam dunia prostitusi di kota Aleksandria Mesir. Ia sangat menikmati profesinya itu. Ia pun sering menolak uang dari pelanggan karena yang ia kejar adalah kepuasan hasrat seksualnya.

Sumber utama informasi tentang Santa Maria dari Mesir adalah Vita. Sebuah tulisan biografi karya Santo Sophronius, Patriark Yerusalem (634–638). Maria dari Mesir ini juga dikenal sebagai Maria Aegyptica atau Mary of Egypt.

Setelah menjalani tujuh belas tahun kehidupan ini, ia bergabung dengan serombongan besar orang untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem, mengikuti Pesta Salib Suci, sebuah perayaan besar gereja Ortodoks. Sejatinya Maria melakukan perjalanan ini sebagai semacam antiziarah, bahwa berharap dapat menemukan banyak peziarah di Yerusalem yang mampu memuaskan nafsunya.

Di dalam Vita diceritakan ketika Maria mencoba memasuki Gereja Makam Kudus untuk berdoa, ia dihalangi kekuatan gaib. Berkali-kali ia mencoba, namun berkali-kali pula kekuatan gaib itu menolaknya. Ia menyadari diri kotor lalu duduk menangis di sudut pekarangan gereja. Ia melihat sebuah patung Bunda Maria. Ia pun bergegas menghampirinya. Ia berdoa mohon pengampunan. Ia pun berjanji jika diperbolehkan masuk, akan meninggalkan hal-hal duniawi.

Ajaib! Ia pun bisa masuk gereja dan berdoa di depan relikui Salib Suci. Maria kembali lagi ke patung Bunda Maria di pekarangan gereja. Di hadapan patung itu, ia mendengar perintah untuk menyeberang sungai Yordan dan di sana ia akan menemukan tempat istirahat. Dengan penuh iman, berangkatlah Maria hingga sampai di biara Santo Yohanes Pembaptis di tepi Sungai Yordan. Di sini, Maria menerima pengampunan dosa dan Perjamuan Kudus. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke seberang sungai Yordan, hidup bertapa di padang gurun selama 47 tahun lamanya. Mengasingkan diri.

Suatu kali di masa tuanya, ia bertemu Santo Zosimus dari Palestina tanpa sengaja. Waktu itu, masa puasa seperti masa Prapaskah 2020 ini. Maria hampir telanjang dan hampir tidak dapat dikenali sebagai manusia. Maria meminta Zosimus untuk melemparkannya jubahnya untuk menutupi dirinya, dan kemudian menceritakan kisah hidupnya kepada Zosimus. Maria meminta Zosimus menemuinya di tepi sungai Yordan, pada Kamis Putih tahun berikutnya, dan membawa Komuni Kudus.