Perasaan risih terus-menerus menerima bantuan menyebabkan Azka sering menghindari hari-hari sekitar tanggal satu. Namun apabila dua-tiga hari setelah tanggal satu Azka tidak datang, selalu saja bantuan bulanan itu diantarkan ke rumah. Kadang oleh sopir keluarga Bakrie, kadang Ical yang mengantarkannya. Itu berlangsung bertahun-tahun.
Risih menerima bantuan terus-menerus, diam-diam Azka berusaha mencari uang sendiri. Azka berhasil diterima menjadi wartawan di surat kabar Warta Harian, sambil berkuliah di Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, setelah keluar dari ATN (Akademi Teknik Nasional) dan sebelumnya di Fakultas Teknik Perkapalan Universitas Bung Karno (UBK), yang ditutup pemerintah pasca pemberontakan G-30-S/PKI.
Kedekatan Azka dekat dengan Haji Achmad Bakrie, tidak serta-merta memudahkan Azka untuk mewawancarai Haji Achmad Bakrie sebagai seorang pengusaha nasional yang sukses.
Butuh waktu 12 tahun bagi Azka untuk meminta kesediaan Haji Achmad Bakrie untuk diwawancara untuk melengkapi tulisan berseri profil pengusaha-pengusaha nasional ternama di Harian Kompas. Haji Achmad Bakrie yang terkenal sangat low profile berkali-kali menolak wawancara, sehingga Azka menggarap tokoh pengusaha lain lebih dulu seperti pengusaha ulet asal Sumatera Utara Dr. Tumpal D. Pardede dan “Raja Mobil” Dr Haji Masagus Nur Muhammad Hasyim Ning.