Peresmian Tahapan Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker di Indonesia

Tahapan Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker di Indonesia
Tahapan Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker di Indonesia (Foto : Istimewa)

Antv – Roche Indonesia dan RS. Kanker Dharmais meresmikan Tahapan Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker yang lebih baik di Indonesia.

Jakarta, 2 November 2022, Roche Indonesia, bersama dengan Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais hari ini meluncurkan tahapan penting dalam kolaborasi multi-pihak guna meningkatkan hasil penanganan kanker di Indonesia.

Kemitraan multi-pihak ini fokus pada upaya peningkatan hasil tata laksana kanker melalui tiga program utama yaitu program telementoring ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes), pengembangan kapasitas perawat onkologi dan implementasi peran Navigator Pasien Kanker (NAPAK). 

Peluncuran ini turut didukung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.

Tahapan penting yang diluncurkan hari ini meliputi dimulainya telementoring ECHO dengan hub baru yaitu RS. Dr. Sardjito setelah sebelumnya Dharmais menjadi hub, dimulainya telementoring ECHO sebagai bagian dari Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar, dimulainya pembelajaran untuk 31 orang penerima beasiswa perawat spesialis onkologi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia serta dimulainya pembelajaran untuk 25 orang peserta program Navigator Pasien Kanker di Tata Memorial Center India. 

img_title
Tahapan Kemitraan Strategis untuk Hasil Penanganan Kanker di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Ketiga bentuk kemitraan tersebut juga merupakan upaya mendukung percepatan pencapaian agenda transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan, khususnya dalam aspek peningkatan hasil penanganan kanker di Indonesia. 

Dalam kemitraan ini, Roche Indonesia turut menggandeng Pusat Kanker Nasional RS. Kanker Dharmais, serta berkolaborasi dengan  Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI), Tata Memorial Centre (TMC) India dan ECHO, University of New Mexico, USA.

Menanggapi kemitraan ini, dr. Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia memberikan apresiasinya.

"Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Roche Indonesia, RS Kanker Dharmais, RSUP Dr. Sardjito, Project ECHO University of New Mexico, Project ECHO India, Tata Memorial Center India, Fakultas Keperawatan UI, dan seluruh mitra atas komitmen dan kontribusinya dalam mendukung program Transformasi Sistem Kesehatan Kementerian Kesehatan terutama dalam pelayanan kanker," ujarnya di awal sambutannya.

"Semoga Kemitraan untuk Penguatan Penanganan Kanker di Indonesia ini dapat menjadi salah satu upaya kolaborasi public dan private untuk meningkatkan akses dan kualitas dalam pelayanan kanker. Semoga Allah SWT meridhoi seluruh upaya dan langkah kita untuk mewujudkan transformasi sistem Kesehatan di Indonesia," katanya lebih lanjut.

Sementara itu, Dr. Ait-Allah Mejri selaku Presiden Direktur PT Roche Indonesia mengatakan pencapaian ini adalah hasil dari upaya kreasi bersama yang sangat intens antara Roche dan berbagai institusi kunci yang terlibat.

"Katrenanya diharapkan akan mengarah pada pemberian penanganan terbaik-dalam-praktik kepada masyarakat yang kurang terlayani di Indonesia. Kami menganggap bahwa kesenjangan nasional dalam penyedia layanan kesehatan yang terampil merupakan halangan utama untuk memberikan penanganan kanker yang merata dan berkualitas tinggi," ucap Ait.

"Kami percaya bahwa mengambil tanggung jawab sebagai mitra sistem kesehatan dan pemerintah Indonesia sama pentingnya dengan inovasi ilmiah kami," tambahnya. 

img_title
Dr. Ait-Allah Mejri. (Foto: ANTVKlik/R Camilla)

Saat ini, penyakit kanker masih menjadi satu dari tiga penyakit tidak menular (PTM) dengan prevalensi dan tingkat kematian tertinggi, di samping penyakit jantung dan stroke. 

Berdasarkan data Globocan 2020, pada tahun 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker, dengan 234.511 kematian akibat kanker. 

Di sisi lain, ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker dan terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker masih menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia.