Wow......!!! Ada Istiqlal, Borobudur dan Saung Lojor di Kiev, Ukraina

Miniatur Istiqlal dan Borobudur di Taman Nasional Kiev Ukraina
Miniatur Istiqlal dan Borobudur di Taman Nasional Kiev Ukraina (Foto : )

antvklik.com - Roda Pesawat Turkish Air menyentuh landasan Bandara Internasional KIev Ukraina, Senin (18 Maret 2019) pagi. Berakhirlah berjalanan panjang dari Jakarta menuju Kiev, selama 12 jam dari Cengkareng ke Bandara Istanbul, transit selama satu jam di Bandara Atuturk Turki, lalu menyebrang ke Kiev sekitar 1,5 jam.

Udara cerah. Matahari bersinar terik, namun udara dingin sisa musim salju masih menusuk. Jelang turun, petunjuk udara pesawat menyebut suhu di luar saat itu adalah angka delapan derajat celsius, namun di luar bandara, alat pengukur suhu menunjukkan 11 derajat celcius. Sempat menunggu, akhirnya dua orang yang diutus Kedubes RI di Kiev bertemu setelah sempat saling mencari.

"Tadi saya lihat, kirain turis dari Cina," kata Dara, alumnus ITB yang tengah magang di KBRI. Bersamaan dengan mendaratnya pesawat kami, memang sebuah pesawat dari Beijing yang membawa para wisatawan dari China juga datang. Di antar Dara, ada Harlan, staf protokol dan Yura, sopir KBRI berkebangsaan Ukraina, dan kami bersama dalam VW Caravelle berplat Diplomatic, menelusuri jalanan menuju pusat kota.

Pohon-pohon sepanjang jalan masih kering, setelah diterpa musim salju yang hebat dan konon mencapai 10 derajat di bawah nol. "Kita ke Taman Miniatur Ukraina dulu ya," kata Harlan, Kepala Protokol KBRI Kiev. Dalam banyangan saya, Taman Miniatur itu seperti Taman Mini Indonesia Indah, namun ternyata dugaan itu keliru.

Taman Mini milik Pemerintah Ukraina ini, benar-benar menyajikan berbagai berbagai landmark KIev dan Ukraina dalam bentuk miniatur. Ada miniatur Gereja St. Andre ada Gereja St. Sophia ada pula bengunan-bangunan tua yang menjadi heritage atau warisan budaya kota. Harlan mengajak kami terus masuk menelusuri pedestrian di Taman Miniatur tersebut, sambil melihat maket gedung-gedung berukuran mini, hingga tibalah kami di sebuah sudut yang membuat saya terbelalak, karena terhampar miniatur bangunan-bangunan khas Indonesia.

Ada mesjid Istiqlal, ada Gereja Ketedral, juga tak lupa ada Monumen Nasional, dan bangunan-bangunan tersebut terbuat dari perunggu dan dibuat di Indonesia. Sudah hampir bertahun-tahun Pemerintah Ukraina menawarkan beberapa negara sahabatnya untuk membuat miniatur bangunan-bangunan khas yang menjadi landmark masing-masing negara untuk melengkapi koleksi Taman Miniatur Ukraina ini, namun Indonesia belum banyak mengambil kesempatan itu.

Saat Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi menjabat sebagai Duta Besar pada April 2017 lalu, tawaran itu pun kembali diberikan, dan gayung bersambut, Dubes Yuddy lalu memutar akal untuk menghadirkan Indonesia di Taman Miniatur Ukraina tersebut. Tentu upaya tak mudah, karena negara tak mengganggarkan pembangunan miniatur tersebut.

Beruntung saat Yuddy menawarkan gagasan ini ke beberapa sahabatnya yang berada di BUMN dan beberapa perusahaan swasta, menyambutnya dengan antusias, sehingga bisa berdiri miniatur Katedral, Istiqlal dan Borobuduri dalam sebuah kompleks. Selain Taman Miniatur Ukraina, Pemerintah Ukraina juga memiliki Botanic National Garden yang menjadi paru-paru kota Kiev, dan nama Taman Botani Nasional adalah M. M. Hryshko, terletak di Kiev, ibu kota Ukraina.

Taman Botani Nasional adalah taman botani yang dimiliki  Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Ukraina, dan namanya diambil dari ahli botani Soviet Mykola Hryshko yang lahir di Poltava. Dibuka pada tahun 1964, Kebun Raya Nasional Kyiv adalah monumen yang penting bagi alam, sejarah, dan budaya.

Koleksi taman benar-benar mengesankan: lebih dari 11 ribu jenis bunga dan tanaman tumbuh di wilayah lebih dari 130 hektar. Hal pertama yang menakjubkan adalah pemandangan yang sangat indah dan koleksi botani yang mencerminkan flora dari berbagai sudut Ukraina dan negara-negara lain.

Sayang, saya datang ketika musim dingin baru saja berlalu, sehingga sebagian pohon masih meranggas, hanya tersisa hijau dari cemara, yang memang teramat tangguh menghadapi salju, sementara yang lainnya masih menyembunyikan tunas mudanya, dan kelak di musim semi, dedaunan dan bunga baru akan tumbuh. Konon musim semi yang indah dimulai di Taman Botani Nasional pada bulan April. Ketika Magnolia megah bermekaran di sudut taman yang paling terlindungi ini.

Ribuan warga dan turis yang datang ke Kiev, wajib datang ke sini untuk menyaksikan pemandangan yang indah ini. Namun, kebun raya hanya bisa menarik jumlah pengunjung terbanyak di bulan Mei, saat periode mekarnya bunga lilac, yang berada di Kebun lilac seluas hampir 2,5 hektar, memiliki 21 dari 28 jenis lilac yang dikenal, sehingga menjadi kebanggaan tidak hanya Taman Botani Nasional.

Wisatawan  juga menyukai taman lilac, karena taman ini menyuguhkan pemandangan indah tepi kiri Kyiv dan Biara Vydubychi. Saya memang tak menjumpai magnolia, juga Lilac, namun ada sebuah sudut yang menyita perhatian saya. Di perbukitan yang menyeret mata untuk lama-lama memandangnya, yakni ada saung lojor, dan sebuah pendopo terbuat dari kayu khas Jawa Barat di sana.

Sama dengan Taman Miniatur Ukraina, Pemerintah Ukraina juga memberikan penawaran kepada negara-negara sahabatnya untuk membangun bangunan khasnya. Tentu tak semua negara diberi kesempatan ini. Saya melihat bangunan khas Korea di sana yang berdiri berkat sponsor utama Samsung.

Duta Besar RI Untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia, Yuddy Chrisnandi memilih mendirikan bangunan-bangunan khas sunda di sini sebagai representasi Indonesia. Pekerja bangunan terpilih dari Muaraberes Bogor didatangkan, dan selama tiga bulan, para perajin bangunan ini bekerja di tengah angin musim gugur yang menggigit.

Beberapa bahan bangunan didatangkan dari Indonesia, namun kayu sebagai bahan utama, mengggunakan kayu lokal yang memang melimpah di Kiev. "Alhamdulillah akhirnya paviliun ini jadi," kata Yuddy. Yuddy memang patut berbangga, tak semua negara memiliki kesempatan membangun paviliun di tempat yang dilindungi ini.

Saat kami datang, seorang anak berusia dua tahun ditemani ibunya bermain perosotan di paviliun Indonesia. "Paman!" katanya menyapaku. Selain berparas tampan dan cantik, warga Kiev memang ramah terhadap pendatang. Taman nasional ini memang publik area yang menjadi tujuan hang out para Ibu rumah tangga dan tempat bertemunya para ibu muda sampai mengasuh dan menyuapi anak-anaknya yang berlarian bermain di ruang publik ini.

Coklat panas di pintu keluar, menjadi penutup perjalanan hari ini, dan selanjutnya kami ke Wisma Indonesia, tempat kediaman Duta Besar Indonesia. Tiba di Wisma Indonesia, makan siang yang nikmat sudah tersedia, ada nasi panas, rendang Padang dan gudeg Jogja, menemani makan siang kali ini. Nyonya Rumah, Velly Elfira, dengan keramahannya memang selalu menyediakan menu makan khas Indonesia untuk suaminya, juga teman-teman dan tamu suaminya.