Emerging Affluent: Segmen Kelas Atas yang Belum Teridentifikasi, Kontributor Kuat Perekonomian ASEAN

Emerging Affluent: Segmen Kelas Atas yang Belum Teridentifikasi
Emerging Affluent: Segmen Kelas Atas yang Belum Teridentifikasi (Foto : Istimewa)

Antv – Hakuhodo institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang.

Hakuhodo Inc. hari ini mengumumkan hasil temuan dari riset terbarunya yang bertajuk “Emerging Affluent: Discovering the invisible Class in ASEAN” melalui Forum HILL ASEAN ke-9 yang kembali diselenggarakan secara luring di Soehanna Hall, SCBD Jakarta.

Perekonomian ASEAN berkembang secara signifikan dibandingkan perekenomian di tingkat global, yang memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan kelas menengah di Kawasan ini, di mana mereka memiliki potensi menjadi pendorong yang kuat bagi pasar konsumen ASEAN.

Lebih jauh, ternyata ada masyarakat kelas menengah yang sedang dalam proses naik menjadi kelas atas dengan kekuatan finansial yang lebih tinggi.

Devi Attamimi, Director of Hakuhodo International Indonesia & Institute Director HILL ASEAN, mengungkapkan “istilah Emerging Affluent kami pakai untuk menyebut segmen masyarakat kelas atas di studi ini. Lebih jauh, penelitian kami terkait sei-katsu-sha ASEAN mengungkap cerita menarik, di mana individu di negara ASEAN yang masuk dalam segmen tersebut memiliki tekad dan dorongan yang kuat demu meningkatkan pendapatan dan status sosial ekonomi mereka. Meski tiap individu dalam kelompok ini berbeda satu sama lain dalam hal gaya hidup, perilaku konsumsi, preferensi terhadap merek, serta nilai yang dipercaya, namun para individu yang rendah hati ini sangat bersemangat untuk mencapai stabilitas dalam hidup.”

Hasil temuan HILL ASEAN mengungkap karakteristik sei-katsu-sha ASEAN yang termasuk dalam profil Emerging Affluent sebagai berikut:

1) Latar belakang: memiliki motif kuat untuk menjadi individu yang lebih sejahtera, dengan tekad dan dorongan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Percaya pada konsep bahwa upaya bukanlah satu-satunya hal yang menentukan namun selalu ada yang membantu dari berbagai sumber, termasuk pertolongan Tuhan dan kuasa semesta (an invisible hand), hingga mereka bisa mencapai status kehidupan saat ini. Perspektif ini membuat mereka tetap realistis dan rendah hati.