Keberanian Warga Sani Lawan OPM, Dampak Keberadaan Pasukan Tengkorak

Keberanian Warga Sani Lawan OPM, Dampak Pasukan Tengkorak
Keberanian Warga Sani Lawan OPM, Dampak Pasukan Tengkorak (Foto : Penerangan Kostrad)

Antv – Gerombolan KST pimpinan Undius Kogoya di Intan Jaya sudah tidak bisa bergerak bebas. Pasalnya, warga Sani yang selama tiga bulan ini merasakan dampak kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad.

Mereka secara terang-terangan angkat senjata, melawan Apeni Kobogau dan kelompoknya yang pada Kamis malam (6/1/2023), berencana merusak fasilitas bermain dan penerangan yang telah menghiasi kampung Sambili. Intan Jaya, Papua.

Sudah seminggu lamanya, lebih dari 100 pasukan Tengkorak Kostrad pimpinan Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila mengendap di hutan demi mengamankan Kota Sugapa, Intan Jaya.

Meskipun gerombolan KST pimpinan Undius Kogoya tidak mengetahui keberadaan pasukan Tengkorak yang telah siap dengan berbagai jenis senjata siap tempur. Namun Apeni Kobogau yang merupakan wakil dari Undius mengetahui bahwa pasukan Raja Aibon sedang berada di hutan.

"Itu saya tau, karena hanya itu Aibon (Raja Aibon Kogila) punya pasukan saja yang berani turun. Itu apa maksudnya masuk-masuk hutan. Itu Raja Aibon cari saya, Undius dan Daniel. Saya juga cari dia," ucap Apeni Kobogau dalam sambungan telepon sambil marah-marah kepada salah satu anggota Satgas Intel beberapa waktu lalu.

Nasib ada di tangan Tuhan. Begitu juga dengan kehidupan dan kematian, semua sudah ada ketetapannya. Mungkin karena nasib baik itu saja, yang menjadikan Apen masih bisa bernafas, menghirup udara bebas hingga hari ini.

Betapa tidak, tiga kali suara letusan tembakan yang mungkin hanya menakut-nakuti masyarakat, disertai dengan aksi membakar salah satu rumah dinas yang memang telah lama ditinggal penghuninya, menjadi hiburan Pasukan Tengkorak Kostrad pada Kamis malam.

Sayangnya, aksi teror para gerombolan di malam gelap gulita, cukup jauh dari kedudukan para Kesatria Tengkorak yang beberapa hari ini telah mengendap di hutan.

Apalagi, setelah tiga kali meletuskan senjata rongsokannya, Apen dan kelompoknya langsung kabur menjauh, menuju kampung Mamba dan Sambili.

Kapten Inf Poltak Siahaan alias Panglima Mamba yang terkenal jago tembak, spontan mengendalikan pasukannya di Pos Mamba.

Si Panglima Mamba bukan hanya memberi perintah kepada para Kesatria Tengkorak. Namun langsung mengambil posisi penembakan, sambil menunggu, memantau dan mencari, siapa tahu gerombolan tikus-tikus KST dapat dibidik dan ditembak.

"Tetap pada kedudukan masing-masing. Siliwangi dan Birawa, pendiaman, siapa tahu tikus-tikus itu kabur lewat depan kalian. Angker tetap pada sektor masing-masing. Enggak usah urusi yang lain. Udah stres tikus-tikus itu. Cari mati dia," kata Panglima Mamba memerintahkan pasukannya melalui radio HT.

Dari Pos Koper, Raja Aibon Kogila mengendalikan seluruh pasukan Tengkorak Kostrad, baik yang berada di Pos Titigi di ujung Timur, maupun Pos Bilogai di ujung Barat. Dalam perintahnya, Raja Aibon Kogila meminta para Komandan Pos mengendalikan pasukannya masing-masing.

Luar biasa masyarakat Intan Jaya, khususnya warga Sani. Kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad di Intan Jaya telah mengubah pemikiran masyarakat.

Masyarakat yang dulunya takut dan tidak mau melaporkan aktivitas KST, dengan pendekatan Raja Aibon Kogila dan pasukannya, membuat masyarakat justru angkat senjata, berjuang bersama-sama melawan gerombolan KST Undius Kogoya demi Intan Jaya yang aman, damai dan tentram.