Wartawan Kembali Tewas di Haiti Ditengah Kekerasan yang Terus Berlanjut

Polisi Haiti membubarkan pengunjuk rasa.
Polisi Haiti membubarkan pengunjuk rasa. (Foto : Reuters)

Antv –Seorang jurnalis tewas dan menambah jumlah korban dari awak media menjadi total 8 tewas di Haiti sepanjang tahun ini. Laporan tersebut didapat dari Inter American Press Association (IAPA).

Haiti tengah berjuang menghadapi peningkatan kekerasa geng dan serangan yang salah satunya menargetkan anggota media. Asosiasi itu mengatakan pada hari Rabu (9/11/2022) bahwa Fritz Dorilas, yang bekerja di Radio Tele Megastar ditembak mati di dekat rumahnya di Tabarre, timur laut ibu kota Port-au-Prince, pada Sabtu (5/11/2022).

"Kami terus menyayangkan kejahatan terhadap jurnalis pada masa tahun berdarah ini di wilayah kami," kata pejabat IAPA Carlos Jornet dalam sebuah pernyataan .

“Kurangnya keadilan memberi lebih banyak dorongan kepada individu untuk melakukan kekerasan,” tambahnya.

Kekerasan terus meningkat di seluruh ibu kota, di mana geng-geng kriminal yang semakin kuat berjuang untuk mendapatkan kendali dan kekuasan dalam kekosongan politik yang tercipta usai pembunuhan Presiden Jovenel Moise tahun lalu.

Haiti mengalami krisis keamanan dan kemanusiaan yang terus berkelanjutan karena blokade selama berminggu-minggu di terminal bensin utama. Blokade tersebut telah menyebabkan kekurangan listrik dan air, dan memperburuk tingkat kelaparan yang semakin tinggi.

Pembunuhan Dorilas terjadi kurang dari seminggu setelah seorang jurnalis Haiti di Radio Tele Zenith, Romelson Vilsaint, meninggal akibat kekerasa dalam protes di Port-au-Prince.

Vilsaint meninggal pada 30 Oktober 2022 ketika sebuah tabung gas air mata mengenai kepalanya dalam sebuah insiden. Saksi mata mengatakan polisi melemparkan gas air mata dan menembaki sekelompok wartawan yang menuntut pembebasan seorang rekannya.

Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay pekan lalu menyerukan penyelidikan atas kematian Vilsaint dan agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.

"Wartawan harus bebas untuk menghadiri dan melaporkan peristiwa kepentingan publik tanpa mengkhawatirkan keselamatan mereka," katanya dalam sebuah pernyataan.

Sumber: Aljazeera