Haji Robert bertemu Konglomerat Tambang Singapura: Apa Dampaknya?

Haji Robert bertemu Konglomerat Tambang Singapura: Apa Dampaknya?
Haji Robert bertemu Konglomerat Tambang Singapura: Apa Dampaknya? (Foto : Istimewa)

Antv –  Dunia pertambangan nasional menjadi perbincangan setelah sebelumnya dipandang sebagai sektor potensial dengan pertumbuhan positif tiap tahunnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh 4 persen sepanjang 2021. 

Hal ini tentu saja merupakan kabar baik dunia pertambangan Indonesia yang secara khusus, menurut Kementerian ESDM, menyumbang Rp130 triliun bagi pendapat negara pada September 2022.

Kondisi ini tentu saja, salah satunya, tidak terlepas dari peran para pengusaha pertambangan, khususnya batu bara, dalam berkomitmen bagi peningkatan ekonomi dalam negeri.

Baru-baru ini tersiar kabar pertemuan antara dua Konglomerat Tambang, yakni Haji Robert dan Dato’ Dr. Low Tuck Kwong. 

Diketahui, Haji Robert merupakan pemilik PT Nusa Halmahera Minerals, PT Petrosea, Tbk. Sementara Dato’ Dr. Low Tuck Kwong merupakan pemilik PT Bayan Resources Tbk. di Jakarta.

Menurut Angggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Royanto Purba, pertemuan kedua figur tambang tersebut merupakan isyarat baik bagi dunia pertambangan nasional, khususnya sektor batu bara dan emas. Sebab selama ini, persoalan pertambangan selalu mengalami kendala investasi.

“Permasalahan selama ini adalah soal investor. Banyak IUP yang mangkrak karena tidak memenuhi kecukupan pendanaan”, tutur Roy di Jakarta, Jumat (25/11).

Roy juga memandang perlunya pemerintah memberi akses yang lebih luas bagi para investor demi keberlangsungan usaha di bidang pertambangan. Sebab kekayaan sumber daya alam Indonesia membutuhkan sentuhan-sentuhan kapital yang besar dan kuat. Tentu saja, sentuhan-sentuhan tesebut harus terwadahi dalam sebentuk pengawasan yang baik.

“Jika pemerintah fokus mengkapitalisasi usaha pertambangan ini, bisa dibayangkan betapa besarnya potensi ekonomi yang akan terus bertumbuh di Indonesia di masa depan”, tutup Roy.  

Sementara itu, Sekjen Masyarakat Pertambangan Indonesia, Tayeb Demara, mengharapkan pertemuan kedua figur tambang tersebut tidak sekedar pertemuan simbolik tanpa hasil. Pertemuan itu juga harus mendukung modernisasi sektor usaha pertambangan.

“Jika benar pertemuan itu terjadi, maka saya berharap mampu menambah daya gedor bagi produk usaha pertambangan yang selama ini bertumbuh baik. Kita berharap melalui peran investasi yang baik akan menciptakan suasana berusaha yang lebih berkualitas melalui pemaksimalan usaha berbasis digital, transparan dan akuntabel”, ungkap Tayeb.

Tayeb juga menegaskan pentingya pemerintah mempermudah dan memangkas alur birokrasi agar para investor semakin merasakan kenyamana dalam berinvestasi.

Diketahui, Dato’ Dr Low Tuck Kwong dikenal sebagai ’Raja’ batu bara dan juga pendiri PT Bayan Resources, Tbk yang kini menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia. Selama bertahun-tahun Low menjalin usaha bersama Haji Robert, termasuk Low pernah membeli salah satu tambang milik Haji Robert.

Sementara, Haji Robert adalah juga pemilik Indotan Group, yang merupakan group perusahaan konglomerasi dengan berbagai lini bisnis di Indonesia. Melalui PT Indotan Halmahera Bangkit, mengambil

alih saham mayoritas di PT Nusa Halmahera Minerals yang mengoperasikan tambang emas Gosowong. Pada 2022 ini, Haji Robert secara resmi menjadi pemilik PT Petrosea Tbk. melalui PT Caraka Reksa Optima.