Terkepung Sanksi Barat, Rusia Desak India Tingkatkan Investasi Minyak dan Gas

Terkepung Sanksi Barat, Rusia Desak India Tingkatkan Investasi Minyak dan Gas
Terkepung Sanksi Barat, Rusia Desak India Tingkatkan Investasi Minyak dan Gas (Foto : )
Rusia mendesak India untuk meningkatkan investasi di sektor minyak dan gas negerinya, akibat terkena sanksi dari berbagai negara-negara Barat.
Rusia juga berharap perusahaan-perusahaan dari negerinya, dapat memperluas jaringan penjualan pada negeri ekonomi terbesar ketiga di Asia.Melansir laman
Reuters , ekonomi Rusia menghadapi krisis terburuknya sejak Uni Soviet bangkrut pada 1991.Peyebabnya adalah serangkaian sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara Barat, ketika militer Moskow menginvasi Ukraina.Beberapa negara barat meminta India untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina, setelah New Delhi abstain dalam pemungutan suara menentang Moskow di PBB. Seperti diketahui Rusia sudah lama menjadi pemasok senjata India."Ekspor minyak dan produk minyak Rusia ke India telah mendekati $ 1 miliar, dan ada peluang yang jelas untuk meningkatkan angka ini," kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, menurut pernyataan yang dibagikan oleh kedutaan Rusia di India pada Jumat malam (11/3/22).“Kami tertarik untuk lebih menarik investasi India ke sektor minyak dan gas Rusia dan memperluas jaringan penjualan perusahaan Rusia di India," kata Novak kepada Menteri Perminyakan dan Gas Alam India Hardeep Singh Puri.Perusahaan milik negara India memegang saham di ladang minyak dan gas Rusia, sementara entitas Rusia termasuk Rosneft memiliki saham mayoritas di penyulingan India Nayara Energy. Beberapa perusahaan India juga membeli minyak Rusia.Rusia mengharapkan kedua negara dapat melanjutkan kerja sama dalam tenaga nuklir sipil, termasuk membangun unit baru di pembangkit listrik tenaga nuklir di kota Kudankulam, India selatan, kata Novak.Sementera Amerika Serikat, diketahui minggu ini melarang impor minyak Rusia. Sedangkan Inggris akan menghapus impor minyak secara bertahap pada akhir tahun.Keputusan ini diperkirakan akan mengganggu pasar energi global, mengingat Rusia adalah pengekspor minyak mentah terbesar kedua.