Ini Beberapa Fakta Kepausan Katolik dan Kota Suci Vatikan

Ini Beberapa Fakta Kepausan Katolik dan Kota Suci Vatikan
Ini Beberapa Fakta Kepausan Katolik dan Kota Suci Vatikan (Foto : )
Dibutuhkan sekitar satu jam saja untuk mengelilingi tembok kota.Paus adalah pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia. Paus adalah Uskup Romawi. Pontifex Maximus.Pada awal-awal sejarah gereja Katolik, tidak ada larangan menikah bagi Paus. Paus Hormisdas (514-523) adalah ayah dari Paus Silverius (536-537), sedangkan Paus Gregor I (590-604) adalah cucu laki-laki dari Paus Felix III (483-492).[caption id="attachment_380468" align="alignnone" width="900"]
Ini Beberapa Fakta Kepausan Katolik dan Kota Suci Vatikan
Patung Paus Yohannes Anglicus atau Paus Yohanna yang kontroversial dan menjadi catatan gelap kepausan. Foto: smithsonianmag.com[/caption]Paus John Anglicus ( Ioannes Anglicus ; 855–857) ternyata adalah perempuan. Rahasianya terbongkar saat tiba-tiba ia melahirkan ketika sedang dalam prosesi dari Basilika Santo Petrus menuju Lateran. Tepatnya di sebuah jalan kecil yang sempit di antara Coloseum dan gereja St. Clement.

Kisah paus perempuan ini makin viral saat penulis asal Polandia abad ke-13 bernama Martin dari Opava (Martin von Troppau) menerbitkan karyanya, Chronicon Pontificum et Imperatum.

"John Anglicus, kelahiran Mainz, adalah paus selama dua tahun, tujuh bulan, dan empat hari, dan meninggal di Roma, yang setelahnya jabatan kepausan lowong selama satu bulan. Dinyatakan bahwa John ini adalah seorang perempuan, yang sebagai seorang gadis dibawa ke Athena dengan berpakaian laki-laki oleh seorang kekasihnya. Di sana ia mempelajari beragam cabang pengetahuan, hingga kepintarannya tidak ada yang dapat menandingi, dan setelahnya di Roma, ia mengajar kesenian bebas dan di antara para murid dan pendengarnya adalah termasuk para seniman besar. Hidup dan ajarannya sangat dihargai di kota itu, dan ia terpilih sebagai paus. Akan tetapi, ketika menjabat, ia hamil. Tanpa menyadari kapan waktu tepatnya kelahiran akan terjadi, ia melahirkan ketika sedang dalam sebuah prosesi dari Basilika Santo Petrus menuju Lateran, di sebuah jalan kecil yang sempit di antara Coloseum dan gereja Saint Clement. Setelah kematiannya, ia dimakamkan di tempat yang sama. Para Paus setelahnya tidak pernah melalui jalan itu lagi dan dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh karena kejadian itu. Namanya pun tidak dimasukkan dalam daftar para Paus yang kudus, dikarenakan ia adalah seorang perempuan dan karena kekacauan itu."