Pembuat Film Pippa Mengeluarkan Klarifikasi Atas Penggunaan Lagu Milik Kazi Nazrul Islam

Pembuat Film Pippa Mengeluarkan Klarifikasi Atas Penggunaan Lagu Milik Kazi Nazrul Islam
Pembuat Film Pippa Mengeluarkan Klarifikasi Atas Penggunaan Lagu Milik Kazi Nazrul Islam (Foto : Tangkap Layar)

Antv – Menyanyikan kembali lagu 'Karar oi louho kopat' dalam film 'Pippa' merupakan sebuah interpretasi artistik yang tulus dan dilakukan setelah mendapatkan hak-hak adaptasi yang diperlukan.

Tim film 'Pippa' mengatakan, beberapa hari setelah versi A.R. Rahman dari puisi kesayangan 'Kazi Nazrul Islam' mengundang kontroversi karena dugaan distorsi, Senin (13/11/2023).

Cucu penyair dan pelukis Kazi Anirban mengklaim bahwa keluarga telah memberikan izin kepada para pembuat film untuk menggunakan lagu tersebut namun tidak untuk mengubah nada dan ritmenya.



Dalam sebuah pernyataan, tim di balik film 'Pippa', yang diproduksi oleh RSVP dan Roy Kapur Films, mengatakan bahwa mereka memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap komposisi asli, Islam dan kontribusinya yang tak terukur pada lanskap musik, politik dan sosial anak benua India.

Album ini, menurut mereka, diciptakan sebagai sebuah penghormatan kepada mereka yang berada di balik pembebasan Bangladesh.

"Sehubungan dengan wacana saat ini seputar lagu 'Karar Oi Louho Kopat', produser, sutradara dan komposer musik dari film Pippa ingin mengklarifikasi bahwa versi kami dari lagu tersebut merupakan interpretasi artistik yang tulus, yang dilakukan setelah mendapatkan hak adaptasi yang diperlukan dari warisan Almarhum Tuan Kazi Nazrul Islam," demikian bunyi pernyataan tersebut, seperti diikutip dari freepressjournal.com, Selasa (14/11/2023).

Film yang dibintangi oleh Ishaan Khatter dan Mrunal Thakur ini berlatar belakang perang India-Pakistan pada tahun 1971 dan disutradarai oleh Raja Krishna Menon.

"Kami melakukan pendekatan dalam pembuatan lagu ini dengan mengikuti dengan setia surat dan semangat dari perjanjian lisensi untuk lirik lagu ini, sebagaimana yang telah ditandatangani oleh Almarhumah Ny. Kalyani Kazi dan disaksikan oleh Bpk. Anirban Kazi. Tujuan kami adalah untuk memberikan penghormatan kepada signifikansi budaya dari lagu tersebut sambil tetap mengikuti persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian kami, yang mengizinkan kami untuk menggunakan lirik tersebut dengan komposisi yang baru," tambahnya.

Islam, yang dikenal sebagai 'penyair pemberontak', lahir pada tahun 1899 di distrik Paschim Bardhaman, Benggala Barat, India.

Lagu-lagunya, yang dikenal sebagai 'Nazrul geeti', mungkin berada di urutan kedua dalam hal popularitas setelah lagu-lagu Rabindranath Tagore di Benggala.

Ia kemudian menjadi penyair nasional Bangladesh. Islam meninggal pada tahun 1976.

Para pembuatnya mengatakan bahwa sementara semua seni bersifat subjektif, mereka meminta maaf jika versi mereka melukai perasaan.

"Kami memahami keterikatan emosional yang mungkin dimiliki oleh para penonton terhadap komposisi asli, dan sementara semua seni pada dasarnya bersifat subyektif, jika interpretasi kami telah melukai sentimen atau menyebabkan kesusahan yang tidak disengaja, kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus," tambahnya.

Iterasi baru dari puisi ini oleh Rahman telah membuat marah bukan hanya keluarga dari sang penyair tetapi juga komunitas artistik di Benggala Barat dan Bangladesh.

Cucu laki-laki Islam, Kazi Anirban, cucu perempuan Anindita Kazi, penyanyi Bengali populer Haimanti Shukla dan Khilkhil Kazi, cucu perempuan lain dari penyair yang tinggal di Bangladesh, telah mengecam para pembuat film karena telah mendistorsi ciptaan penyair tersebut, yang menurut mereka sangat keterlaluan.

Lagu ini pertama kali diterbitkan di majalah 'Banglar Katha' (Cerita Bengal) pada tahun 1922 dan termasuk dalam buku puisi Islam 'Bhangar Gaan' (Lagu-lagu pembebasan).

Lagu ini pertama kali direkam pada tahun 1949 oleh sebuah label terkenal dan kemudian pada tahun 1952 oleh label rekaman lainnya.