Ada Hakim Wanita di AS Keturunan Indonesia, Begini Ceritanya Ikut Pemilu Lokal

hakim as1
hakim as1 (Foto : )
Seorang wanita keturunan Indonesia jadi hakim baru di New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat. Begini ceritanya ikut pemilu lokal di negeri Paman Sam.
Marrisa A. Hutabarat, seorang diaspora Indonesia yang menjadi hakim baru di Pengadilan Perdata di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat. Marissa berhasil terpilih sebagai hakim dalam pemilu lokal pada 15 Agustus 2020 setelah berhasil merebut hati warga New Orleans dengan slogan "Hakim Merakyat". [caption id="attachment_376474" align="alignnone" width="900"]
Marissa saat berkampanye dalam pemilu lokal (Foto: Dok. pribadi)[/caption] Ia juga berhasil merebut perhatian dan suara diaspora Indonesia karena nama belakangnya. "Halo Indonesia apa kabar? Ini impian jadi kenyataan. saya sudah ingin  melakukan ini (jadi hakim) sejak masuk fakultas hukum. Misi saya untuk melayani masyarakat," katanya. "Sungguh luar biasa menerima banyak ucapan cinta, selamat dan harapan dari orang-orang Indonesia yang tidak mengenal atau dengar nama saya sebelumnya. Mereka menyapa nama saya di Facebook, Instagram dan Twitter meski saya tidak punya akun Twitter," ungkapnya lagi. [caption id="attachment_376476" align="alignnone" width="900"] Marissa terpilih jadi hakim setelah berhasil merebut simpati warga New Orleans (Foto: VOA Indonesia)[/caption]

Ingin Belajar Bahasa Indonesia

Marissa mengaku, darah Indonesia mengalir dari ayahnya. Sedangkan ibunya adalah keturunan Tionghoa asal Thailand. Saat kuliah S1, Marrisa mengambil jurusan psikologi, lalu kemudian mengambil kuliah ilmu hukum. [caption id="attachment_376475" align="alignnone" width="900"] Ayah Marissa dari Indonesia, ibu dari Thailand (Foto: Dok.pribadi)[/caption] Marissa sendiri lahir dan besar di Amerika Serikat dan belum pernah sekali pun ke Indonesia. Meski demikan, bukan berarti ia tercerabut dari nilai-nilai Indonesia. "Saya bangga menjadi orang Indonesia. saya bangga dengan warisan budaya saya. Nenek saya dan tentu saja ayah saya. Meski ia (ayahnya) besar di Singapura. Yang saya cerna dari budaya indonesia bahwa betapa betapa pentingnya nilai keluarga,"katanya. Saat ditanya apakah menguasai bahasa Indonesia atau batak, begini jawaban Marrisa. "Opung saya mengajari saya bahasa Batak sedikit. Saya paham beberapa kata dalam bahasaBatak. Saya agak malu karena tidak belajar bahasa Indonesia. Tapi saya berencana akan belajar supaya cukup mengertilah," ungkapnya. [caption id="attachment_376477" align="alignnone" width="900"] Marissa di ruang kerjanya (Foto: VOA Indonesia)[/caption] Marrisa mengaku, apa yang dicapainya sekarang bukan hanya dari kerja keras semata, tapi juga dukungan keluarga. "Kerja keraslah untuk mewujudkannya. Keluarga itu sangat penting dan mereka bisa menjadi pendukung. Dan kalau keluarga tidak bisa jadi pendukung, ada orang-orang yang bisa memberikan bimbingan," katanya lagi. VOA Indonesia