Gawat!!, Riset Menyebut Virus Corona Berpotensi Menginfeksi 2/3 Warga Bumi

Gawat!!, Riset Menyebut Virus Corona Berpotensi Menginfeksi 2/3 Warga Bumi (Foto Dok. niaid.nih.gov)
Gawat!!, Riset Menyebut Virus Corona Berpotensi Menginfeksi 2/3 Warga Bumi (Foto Dok. niaid.nih.gov) (Foto : )
Meski ada temuan terkait obat dan penangkal, namun penularan virus corona terus meningkat signifikan terutama di China.
Seperti dikutip dari Bloomberg, seorang ilmuwan penyakit menular memperingatkan segala sesuatunya bisa berubah di luar kendali dan dua pertiga populasi penduduk di dunia bisa tertular. Potensi itu dijelaskan oleh ilmuwan bernama Ira Longini, yang juga penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sedang mendalami penularan virus di China dan Ira Longini memperkiran, akan ada miliaran populasi yang terinfeksi, dari hitungan resmi WHO saat ini.
"Jika virus menyebar di wilayah China, aktivitas di China termasuk wilayah karantina yang dihuni oleh puluhan juta orang, juga harus dihindari," jelas Ira seperti ditulis Bloomberg. Lebih lanjut Longini yang juga sebagai Direktur Pusat Statistik dan Penyakit Infeksi Kuantitatif di Universita Florida, mengatakan, proses karantina memungkinkan dalam memperlambat penyebaran virus, tapi virus bisa cepat merebak di China dan sekitarnya sebelum terjadi proses karantina. [caption id="attachment_281287" align="aligncenter" width="900"]Kesibukan ilmuwan China untuk menemukan obat manjur untuk pasien virus corona (Foto CCTV) Kesibukan ilmuwan China untuk menemukan obat manjur untuk pasien virus corona (Foto CCTV)[/caption] Jumlah korban terinfeksi virus corona di China per Minggu (16/2/2020) hari ini, sudah 69.000 ribu orang lebih. Angka kematian pagi tadi juga mencapai 1.666 orang. Penelitian yang dilakukan Longini didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa setiap orang yang terkena virus, biasanya menularkan penyakitya ke dua sampai tiga orang lainnya. "Tes kesehatan yang tidak cepat dilakukan, juga sulit untuk melacak penyebarannya," kata Longini melanjutkan. Meskipun ada cara untuk mengurangi penularan infeksi virus corona hingga setengahnya, tapi tetap saja sepertiga populasi di dunia akan tertular. Kecuali ada perubahan transmisinilitas pengawasan dan penahanan virus bisa bekerja dengan baik. "Mengisolasi kasus dan mengkarantina kontak [orang terinfeksi virus corona] tidak akan menghentikan virus ini," kata Longini Gabriel Leung, seorang profesor kesehatan di Universitas Hong Kong juga mengatakan hal serupa, hampir dua pertiga populasi di dunia bisa tertular virus corona, jika dibiarkan tidak terkendali. Kendati demikian, perkiraan penyebaran virus corona merupakan bagian dari kemungkinan yang terjadi, seiring dengan epidemi yang masih berlangsung. Seperti diberitakan sebelumnya, seorang peneliti Surabaya bernama Chaerul Anwar Nidom menyampaikan bahwa untuk menghadapi virus corona sebenarnya cukup mudah. [caption id="attachment_281288" align="aligncenter" width="900"]Kesibukan para peneliti di Unair Surabaya (ANTV-Sandi I) Kesibukan para peneliti di Unair Surabaya (ANTV-Sandi I)[/caption] Nidom yang merupakan Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Surabaya menyebut, ada dua macam virus corona, yaitu low pathogenic yang tidak begitu ganas, dimana reseptornya ada di saluran atas. Sedangkan yang kedua adalah high pathogenic, dimana reseptornya ada di paru yang dapat berakibat fatal pada manusia. Guna menangkal virus corona, adalah dengan menangkal badai sitokin. Badai sitokin adalah sebuah proses biologis dalam paru karena ada infeksi virus corona yang menempel pada paru. Disebutkan, untuk menangkal badai sitokin terdapat pada curcumin yang ada pada jahe, kunyit, sereh dan temulawak yang biasa dibuat bumbu masak serta minuman segar. [caption id="attachment_281289" align="aligncenter" width="900"]Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Surabaya CA Nidom (ANTV-Sandi Irwanto) Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Surabaya CA Nidom (ANTV-Sandi Irwanto)[/caption] "Di beberapa tempat saya tawarkan apa yang bisa digunakan untuk menangkal adalah herbal atau tanaman obat yang ada di sekitar kita. Dan kita biasa meminum atau mengonsumsi itu, yaitu yang kandungannya curcumin," kata Nidom. Menurutnya, obat-obat herbal itu sudah biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa virus corona belum menyebar di Indonesia. Nidom mengatakan, ini bisa jadi karena masyarakat Indonesia terbiasa minum jamu atau bisa juga karena virus itu tidak sesuai dengan kondisi tubuh masyarakat Indonesia. Nidom yang berpengalaman menghadapi wabah virus flu burung pada 2005 lalu menyarankan masyarakat tidak menunggu obat-obat yang dikeluarkan industri farmasi. "Konsumsilah apa yang biasa dilakukan. Kami sudah pernah mempunyai pengalaman-pengalaman yang lalu. Jadi produk-produk di daerah, tumbuhan-tumbuhan di Indonesia sudah cukup mampu menangkal (virus corona)," pungkasnya.