Cerita Diaspora Indonesia Saat Cari Pasangan Seiman di Australia

-
- (Foto : )

Kriteria Tidak Ketat

Di luar kriteria agama, Desta Pertiwi juga memiliki hal lain yang menurutnya penting untuk dimiliki pasangannya, yaitu untuk tidak minum alkohol."Jadi memang dari dulu, dari zaman saya masih S1, bahkan sampai sekarang S2 saya sempat dekat dengan beberapa orang yang bisa dibilang prospektif untuk jadi pasangan hidup," kata dia."Tapi waktu sudah dekat dan jalan 
bareng,  ternyata, mohon maaf, dia minum. Kalau buat sekadar teman, entah dia mau minum, atau ibaratnya ke diskotik, bukan urusan saya. Tapi kalau hanya sebagai teman," tegas DestaDesta menambahkan, kriteria yang ia tetapkan untuk calon pasangannya tidak terlalu ketat."Kalau tidak mau diinjak-injak, Anda harus punya prinsip atau pandangan karena itu yang membuat [Anda] kokoh dan jadi pohon, bukan ilalang yang kena angin," katanya.

Tidak Terpengaruh

Hal serupa juga dirasakan Viktor Alfonso, diaspora Indonesia yang tinggal di Melbourne.  Di usianya yang ke-38, Victor dikelilingi oleh teman-teman seumurannya yang sudah berkeluarga.Namun, sebagai pria jomblo, ia mengatakan tidak terpengaruh dengan tekanan yang menurutnya memang tidak terhindarkan tersebut."Kehidupan berumah tangga bukan tujuan akhir dari kehidupan. Melihat teman-teman yang sudah menikah tapi tidak punya kehidupan keluarga yang baik, saya berpikir lebih baik sekarang masih sendiri daripada punya pasangan tapi begitu" kata Viktor kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.Viktor yang saat ini bekerja di sebuah restoran di Melbourne mengatakan, ia juga ingin memiliki pasangan yang seagamanya dengannya, yaitu agama Kristen.[caption id="attachment_251184" align="alignnone" width="710"]