Tradisi Pepe! Unjuk Rasa Jadul vs Demonstrasi Modern

Tapa Pepe
Tapa Pepe (Foto : )
Kini kita ngomongin soal tradisi santun menyampaikan aspirasi. Bhumi Jawa punya yang namanya
Tradisi Pepe atau Topo Pepe
. Topo adalah tapa atau bertapa, meditasi, introspeksi. Pepe artinya berjemur di bawah terik matahari. Berpanas-panas membakar ego. Tiada lain topo pepe hanyalah memperjuangkan keadilan.Topo Pepe tujuannya menyampaikan aspirasi. Menggugah logika penguasa. Merasuk nurani pamong negeri. Membangunkan penguasa yang tidur lelap mengabaikan kepentingan rakyat. Aksi ini bisa dilakukan beberapa orang maupun sendirian. Tapa Pepe Langit Kresna Hariadi, Gajah Mada: Tahta dan Angkara, (Yogyakarta, Tiga Serangkai, 2009) menyebutkan aksi ini sudah dikenal sejak era Majapahit. Terus bertahan hingga Mataram Islam (Jogjakarta & Surakarta). Itulah salah satu fungsi lapangan luas terbuka yang kita kenal dengan nama Alun-alun.Orang atau sekelompok orang yang berunjuk rasa datang ke alun-alun. Duduk bersila, berdiam diri menghadap ke arah singgasana raja. Senyap!Hebatnya, aksi ini tidak dianggap pembangkangan terhadap raja. Posisi raja sebagai pengemban keadilan—perwujudan Sang Ratu Adil punya konsekuensi mendengar unjuk rasa rakyatnya. Dari sinilah raja menetapkan titah atau sabda. Tapa PepeDemonstrasi Modern