IOAC Wujud Komitmen PB PRSI Untuk Meningkatkan Pembinaan Cabor Akuatik

181118 ioac perenang
181118 ioac perenang (Foto : )
“Contohnya saat Asian Games lalu, penonton selalu penuh. Tidak hanya renang, tapi juga polo air, renang artistik, bahkan loncat indah yang tetap penuh walau pertandingannya sampai tengah malam,” imbuh perempuan yang akrab disapa Mba Ucha ini.

Cabor Renang

Untuk cabang olahraga (cabor) renang, lomba tetap mengikuti ketentuan dan format KRAPSI di sesi pagi/siang yang sudah memasuki penyelenggaraan ke-40. Sesuai dengan kepanjangannya, Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia merupakan event akbar penutup tahun yang dilaksanakan dengan format kelompok umur. Di event ini, semua perenang terbaik nasional akan bertarung atas nama klub masing-masing untuk memperebutkan predikat gelar "klub terbaik di Indonesia".Dalam 2nd IOAC 2018 ini PB PRSI menyempurnakan penyelenggaraan dengan menggunakan format penyisihan sesi pagi dan sesi final sore hari. Roh dari KRAPSI ke-40 terletak pada pelaksanaan sesi pagi hari selama 5 hari pelaksanaan. Walau ada perenang asing yang hadir, namun perenang asing tidak memperoleh poin atau medali atas penampilan mereka di kejuaraan Kelompok Umur (KU).Ketua Pengprov PRSI Jawa Tengah, Hartadi Nurtjojo, menjelaskan para perenang asing dan perenang terbaik Indonesia dari seluruh perenang KU yang berlaga hanya akan berlomba untuk membuktikan sebagai 16 besar perenang terbaik pada nomor masing-masing untuk meraih tempat pada babak Grand Final Indonesia Open pada sore harinya nanti.Pada sesi pagi hari, hanya para perenang lokal yang berlaga untuk meraih medali dan poin untuk klub masing-masing guna berebut predikat Klub Terbaik KRAPSI 2018. Pelaksanaan laga ulang pada posisi 16 besar sore hari (final A dan final B) akan dilaksanakan dengan dasar hasil dari sesi pagi hari tanpa memperhatikan batasan KU alias open. Hasil dari sesi sore ini juga akan terpisah dari hasil KRAPSI (sesi pagi).
“PB PRSI mendesain event IOAC ini untuk menciptakan sebuah kesempatan kepada para perenang potensial seluruh Indonesia untuk berlomba pagi dan sore hari sebagaimana suatu lomba pada multi event besar dan memberikan suatu kesempatan untuk berkompetisi dengan para perenang asing tanpa harus bepergian ke luar negeri serta tanpa menghilangkan "roh" dari KRAPSI itu sendiri,” ucap Hartadi yang juga menjabat sebagai Pelatih Kepala Timnas Renang.
“Jadi dalam hal ini saya pribadi yang juga pernah berlaga pada event KRAPSI (dulu KRAPNAS) tidak pernah merasakan bahwa event IOAC ini ‘membunuh’ KRAPSI. Justru menyempurnakan fungsi dari event KRAPSI itu sendiri dalam suatu wawasan pembinaan prestasi renang untuk atlet-atlet Indonesia,” tambah Hartadi.Kabid Binpres PB PRSI, Wisnu Wardhana mengakui banyak nilai lebih yang diperoleh sejak dipadukan menjadi IOAC. “Sejak berganti nama menjadi IOAC, keuntungan bagi atlet adalah usai bertanding di kelompok umur sesi pagi hari ada 16 perenang dengan waktu tercepat akan bertarung di partai final pada malam hari jika mereka masuk dalam top 16 besar. Jadi perenang kelompok umur bisa melawan perenang senior di malam hari. Ini akan menambah mental bertanding juniornya,” papar Wisnu.“Secara keseluruhan banyak kemajuan dan nilai positifnya, nilai kompetisi bertambah, ada sparing dengan negara lain, cabang olahraga lain diluar renang jadi terangkat, pembinaan akuatik berjalan baik,” tegas Wisnu yang aktif mempromosikan IOAC ke berbagai daerah.Sekjen PB PRSI, Ali Patiwiri menambahkan tidak ada yang dilanggar dalam AD/ART PB PRSI mengenai IOAC dan KRAPSI. Menurut Ali, KRAPSI tetap berlangsung di sesi pagi hari. Sedangkan babak final pada sesi malam hari atau IOAC melombakan 16 perenang dengan catatan waktu terbaik di sesi pagi hari.“Justru IOAC lahirnya juga dari KRAPSI. Karena sesuai AD/ART, induk organisasi wajib menyelenggarakan kejurnas satu kali dalam setahun untuk setiap cabang olahraga. Jadi IOAC ini menguntungkan cabang lain yang menjadi terangkat. Karena IOAC tidak hanya menggelar lomba renang, tapi juga ada loncat indah, renang artistik dan polo air,” ucap Ali yang menjabat sebagai ketua panpel 2nd IOAC 2018.[caption id="attachment_171579" align="alignnone" width="300"] Renang di sesi pagi penyisihan menggunakan format KRAPSI dan final sore hari hanya 16 besar di masing-masing kelompok umur[/caption]Kabid Binpres Pengprov PRSI DKI Jakarta, Albert C. Sutanto juga mengakui sejak dinamakan IOAC banyak peserta asing yang mendaftar, karena IOAC sudah diakui FINA. Jenis lomba seperti ini, yakni penyisihan sesi pagi dan final sesi malam sudah dilakukan di berbagai negara dan juga event-event internasional.“Jika diakui FINA, maka atlet akan memperoleh poin FINA. Selain itu waktu yang diraih setiap perenang akan resmi untuk bisa masuk kualifikasi kejuaraan dunia renang senior dan junior, Olimpiade dan lainnya,” ucap Albert yang memiliki klub renang Millenium.“Contohnya catatan waktu Azzahra di IOAC tahun lalu pada nomor 200 meter gaya ganti, resmi masuk Olimpiade Remaja di Argentina. Ini bagus, jadi para perenang lokal tidak perlu mengeluarkan biaya besar bertanding ke luar negeri. Karena event IOAC ada perenang asing serta catatan waktunya diakui FINA,” imbuh Albert."Aku lolos limit YOG (Olmpiade Remaja) saat tampil di Indonesia Open tahun lalu. Sedangkan untuk sesi pagi saat KRAPSI kita bertanding sesama kelompok umur dan sesi malam lebih bagus karena hanya 16 besar yang lolos final. Dan bagi saya yang muda, tampil di babak final kebanggaan, selain itu menambah mental karena bertanding lawan senior dan juga perenang daru negara lain," jelas perenang muda Indonesia Azzahra Permatahani.Selain Azzahra, perenang senior I Gede Siman Sudartawa juga memuji dengan nama Indonesia Open.