Wisata Malam Yogyakarta: Menikmati Sendratari Gatotkaca di Kawasan Malioboro

Sendratari Gatotkaca karya Anter Asmorotedjo di Malioboro
Sendratari Gatotkaca karya Anter Asmorotedjo di Malioboro (Foto : Antvklik | Nuryanto/Yogyakarta)

Namun tiba-tiba, Karna muncul untuk memimpin pasukan Astina melawan pasukan Amarta. Sedangkan di kubu Pandawa, Werkudara atau ayaj Gatotkaca marah mendengar informasi dari Kresna jika mereka menggunakan strategi yang melanggar aturan perang.

Para Kurawa yang mereka menyerang tempat peristirahatan pasukan Amarta di malam hari membuat banyak prajurit Amarta yang berguguran.

Saat itulah Gatotkaca terketuk hatinya untuk maju di medan laga. Di padang Kurusetra, tempat peperangan itu, para Kurawa membawa obor sebagai penerangan.

Muncul Gatotkaca, lalu terjadi peperangan antara Gatotkaca melawan Kurawa. Gatotkaca marah atas perilaku licik Kurawa. Hingga Gatotkaca ber-triwikrama, seluruh tubuh berubah menjadi seperti Robot, otot kawat balung wesi.

Kurawa mengeroyok Gatotkaca Robot, begitu juga Adipati Karna berperang melawan Gatotkaca. Kurawa kewalahan. Kresna muncul, lalu Gatotkaca Robot kembali ke wujud Aslinya Kresna lalu muncul dan menyampaikan kepada Gatotkaca bahwa jiwa ksatria yang begitu kuat akan menjunjung dharma, dan kesetiaan terhadap negara.

"Engkau pantas menyandang gelar, Senopatining perang Raden Haryo Kacanagara.!!!," ucap Kresna.

Di akhir kisah, Semar muncul memberika wejangan bahwa Perang Bharatayudha memang sudah digariskan dan harus terjadi.

Walau banyak ksatria yang gugur dimedan laga namun semua itu demi tegaknya keadilan dan ketentraman dibumi.

"Segala sifat keras hati, picik dan angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sifat bijak, lembut hati dan sabar. Sura dira jayaningrat, Lebur dening Pangastuti..!!!"

Lalu muncul simbol 6 kekuatan Gatotkaca, dan Putriputri pembawa kain putih yang mengakhiri pertunjukkan sendratari Gatotkaca itu, seraya diiringi tepuk riuh para penonton