Kanker Paru Menjadi Penyakit Paling Mematikan di Dunia

Lung Cancer
Lung Cancer (Foto : Freepik)

Antv – Baru-baru ini Yayasan Kanker Indonesia dan Takeda bekerja sama dengan Dokter Spesialis Kanker Paru-paru untuk membahas pentingnya menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari penyakit serius dan membahayakan. 

Dalam webinar yang bertajuk Lung Cancer Awareness Month 2022, dibahas mengenai penyebab terjadinya kanker paru-paru serta cara mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih aware terhadap penyakit ganas tersebut.

Sebagai infomasi, kanker paru-paru merupakan suatu penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD, SpP(K) sebagai narasumber dalam webinar Lung Cancer Awareness Month 2022.

 

 

"Kanker paru adalah kanker yang berasal dari epitel atau jaringan saluran napas. saluran napas kita panjang mulai dari mulut menuju hidung, bercabang-cabang sampai 30 cabang, nah itu ada jaringannya, jaringan epitelnya. dari situ kanker paru tercipta," ucap Elisna Syahrudin selaku ketua dokter spesialis kanker paru-paru di Rumah Sakit Persahabatan, Selasa 8 November 2022.

"Bahwa kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak terkontrol. normalnya kerusakan saluran epitel yang terjadi setiap detik setiap menit. tetapi jika terjadi pertumbuhan yang tidak terkontrol akan menjadi awal tumbuhnya kanker," ujarnya lagi.

Berdasarkan data yang ada, kanker paru merupakan penyebab sekitar 11 persen atau 2.206.771 kasus baru kanker dan penyebab kematian akibat kanker nomor satu di dunia. Di Indonesia, kanker paru-paru menempati urutan ketiga dengan kasus kematian paling banyak.

 

img_title
Lung Cancer. (Foto: Freepik)

 

"Berdasarkan data, kanker paru itu ada di ranking kedua di dunia. Tetapi kanker paru berada pada data kematian paling tinggi. Kanker paru disebut juga dengan penyebab kematian terbanyak di dunia," sambungnya.

Menurut data WHO juga dibuktikan oleh dokter-dokter di Indonesia, bahwa terkait pendataan Indonesia sendiri masih sangat lemah. Sebab, kata Elisna Syahrudin kanker paru adalah penyakit yang paling sulit untuk didiagnosis sehingga angka tersebut masih berada di bawah.

"Kalau di Indonesia bagaimana? Ini angka yang diasumsi oleh WHO, kita sadar sekali bahwa kita lemah dalam pendataan. Karena kanker paru paling sulit untuk didiagnosis sehingga angkanya masih di bawah," ucap Elisna.

Sementara itu, para dokter spesialis kanker paru juga sedang mengembangkan berdasarkan teknologi yang ada untuk mencapai tingkat keberlangsungan hidup bagi penderita kanker paru dari awalnya 10 bulan mencapai selama 5 tahun.

Akan tetapi dalam waktu 5 tahun tersebut belum dinyatakan sembuh total, namun jika sudah menginjak angka 10 tahun penderita kanker baru bisa dikatakan sembuh tetapi masih harus dalam proses kontrol yang ketat.

"Berdasarkan keberlangsungan hidup penderita kanker paru tidak menyebut 10 tahun sembuh, kita tidak menyebutkan penderita kanker paru sembuh, tetapi kita ingin dalam perkembangan sekarang ini, penderita kanker paru itu terkontrol, minimal kita dapat mengkontrol selama 5 tahun itu adalah pencapaian yang ingin kita capai selama ini kita menghitungnya 10 bulan," lanjut Elisna Syahrudin.

"Angka harapan hidup penderita kanker paru itu sekitar 10 bulan kalau diobati, secara umum data yang kita dapatkan itu 10 bulan. sekarang meningkat, karena ada perkembangan yang meningkatkan, kita menargetkan peningkatan selama 5 tahun," pungkasnya.