Stunting: Masalah Kurang Gizi Kronis

stunting
stunting (Foto : )

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut STUNTING. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Yaitu tinggi badan anak lebih rendah, atau pendek (kerdil) dari standart usianya.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, dan juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (pendek/kerdil) saja. Melainkan, juga terganggu perkembangan otaknya,  yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktifitas, dan kreatifitas diusia produktif.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan faktor keturunan (genetik) dari kedua orangtuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah masalah non kesehatan menjadi akar dari stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, dan masalah degradasi lingkungan. Kesehatan membutuhkan peran semua faktor dan tatanan masyarakat.

"Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh dan perbaikan sanitasi serta akses air bersih", ucap Menteri Kesehatan.

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik, terutama pada aspek perilaku, khususnya pada praktek pemberian makan pada bayi dan balita.

"Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya", ucap Menteri Kesehatan.