Davyn dan Jason, Mahasiswa Indonesia di Stanford and Berkeley Luncurkan MASA AI

Davyn dan Jason, Mahasiswa Indonesia di Stanford and Berkeley
Davyn dan Jason, Mahasiswa Indonesia di Stanford and Berkeley (Foto : Istimewa)

Pngetahuan di atas itu, pada 2022, EF menempatkan Indonesia di peringkat 81 dari 111 negara untuk English Proficiency, jauh di belakang negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Lebih parah lagi, studi World Bank 2018 mengungkapkan hampir 60% guru Indonesia bahkan tidak memiliki akreditasi.

Di negara di mana biaya bimbingan belajar berkisar antara Rp65,000/jam untuk opsi termurah hingga Rp750,000/jam untuk layanan khusus, MASA AI menyediakan alternatif berkualitas dengan biaya jauh lebih murah, memastikan bahwa pendidikan dapat diakses oleh semua orang Indonesia di seluruh kepulauan.

"Saya melihat masyarakat kelas menengah atau bawah di Indonesia mengkonsumsi ribuan 'paket belajar'. Anda bayar ratusan ribu, atau seringkali jutaan rupiah, untuk menerima 23 jam seminggu bimbel - dan itu saja yang Anda dapatkan. Jason Kemudian, jika Anda ingin lebihbanyak materi belajar, harus bayar lagi. Textbooks? Harus bayar. Video lessons? Harus bayar. Contoh soal latihan? Harus bayar juga. Ketika kehabisan materi? harus beli lagi. Di situlah MASA.AI akan memberikan akses yang murah untuk mereka. Yang bisa dijangkau semua" ujarnya.
Co-CEO Davyn merangkum ambisi mereka, "Kami tidak hanya mendidik orang Indonesia; kami menawarkan impian di mana Indonesia dapat bersaing di panggung global dalam riset dan teknologi. Tetapi untuk sampai di sana, kita harus terlebih dahulu memastikan orang Indonesia unggul dalam keterampilan paling dasar di dunia: berbahasa Inggris. Dengan melakukan ini, kami berharap melihat lebih banyak orang Indonesia belajar di luar negeri, berinovasi, dan mendorong negara kita maju."