Di Balik Kisah Mistis, Warga Bertaruh Nyawa Berebut Uang di Jembatan Sawo Indramayu

Di Balik Kisah Mistis, Warga Bertaruh Nyawa Berebut Uang di Jembatan
Di Balik Kisah Mistis, Warga Bertaruh Nyawa Berebut Uang di Jembatan (Foto : antvklik-Opih Riharjo)

Antv – Tingginya volume kendaraan dengan kecepatan tinggi menjelang arus mudik 2023, tak menyurutkan nyali warga Indramayu, Jawa Barat, untuk mendapatkan uang dari kendaraan yang melintas.

Tak sedikit mereka mempertaruhkan nyawa saat berebut uang koin yang dilempar pengendara, sehingga memerlukan ekstra hati-hati bagi para pengendara atau pemudk yang melintas di sepanjang Jembatan Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu, pada saat arus mudik lebarang nanti.

Di bawah sinar terik matahari, puluhan orang rela duduk berpanas-panasan di sepanjang Jembatan yang jadi pembatas wilayah Kabupaten Indramayu dengan Subang itu.

Beberapa orang memakai kursi kecil sebagai tempat pijakannya. Namun, ada juga yang tahan panas duduk di atas trotoar dilapisi dengan alas tipis.

Topi anyaman bambu caping di atas kepalanya untuk mengurangi panas sinar mentari. Sarung tangan dan masker tak lupa digunakan.

Satu alat yang tak boleh dilewatkan adalah sapu lidi panjang di tangan kanannya yang tak pernah lepas dari gengamannya. Bukan untuk membersihkan jalanan, melainkan mengambil uang yang dilempar pengendara saat melintas jembatan.

Aktifitas yang tergolong ekstrim ini, tak hanya dilakukan orang tua.  Aksi mengais uang receh di tengah jalan itu, juga dilakukan oleh anak-anak.

Mulai meningkatnya arus kendaraan pada jelang mudik lebaran tahun 2023, merupakan waktu yang ditunggu-tunggu.

Pasalnya diwaktu seperti ini, uang recehan yang dilemparkan pengguna jalan yang melintas, semakin banyak.

Meski beresiko tertabrak kendaraan, namun umumnya warga, tidak merasa takut dan kapok.

Bagi anak-anak sendiri, mengais receh dengan resiko maut dianggap dapat membantu meringankan beban orang tua.

"Di sini saya biasanya sekeluarga, karena anak saya engga sekolah jadi ikut untuk  ngurangin biaya orang tua. Kalau sehari paling dapet 30 ribu sampai 40 ribu, menjelang hati raya sebenarnya dilarang oleh pihak kepolisian cuman namanya manusia butuh biaya," ujar, Junedi, pengais uang koin, minggu (9/4/2023).

Pada hari-hari biasa, per orang rata-rata mendapatkan uang receh antara Rp30 ribu - R40 ribu. Namun jumlah itu bisa berlipat tiga hingga lima kali lipat, jika menjelang hari hari raya atau liburan peringatan hari besar lainnya.

"Ya InsyaAllah kalau mudik mah penghasilan meningkat, ini tradisi dari tahun ke tahun turun temurun. Bahaya sih sebenernya tapi kita juga hati hati meski kadang berebut uang sapai ketengah jalan," jelas, Uswatun Hasanah, pengais uang koin.

Sebagian pengguna jalan pun meyakini, jika melemparkan uang saat melintas dijembatan kali sewo perbatasan Indramayu dan Subang ini, akan mendatangkan berkah bagi mereka. Sehingga hal ini cukup menguntungkan bagi warga di perbatasan ini

Hal itu karena ada mitos yang melegenda di balik aksi penyapu koin ini. Bahkan, kental dihubungkan dengan kejadian mistis.

Konon, katanya di bawah Jembatan Sewo disebut sebagai tempat tinggal arwah kakak beradik Saedah dan Saeni. Hidup keduanya berakhir di sungai tersebut
 
Saeni adalah seorang penari ronggeng Pantura yang berubah menjadi buaya, sedangkan Saedah yang menjadi tukang kendangnya yang berubah menjadi bunga cempaka putih.
Oleh sebab itu, pengendara dipercaya akan selamat jika sudah memberi lemparan “saweran” di Jembatan Sewo.

Kesan mistis Jembatan Sewo bertambah kental setelah peristiwa kecelakaan sebuah bus transmigran asal Boyolali terjadi di Jembatan Sewo.

Kecelakaan itu menewaskan 67 orang dalam kondisi bus terbakar. Hanya ada 1 penumpang yang selamat yaitu seorang bayi laki-laki.
 
Sejak peristiwa tersebut, semakin banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan, dijauhkan dari gangguan makhluk halus. Bisa berkumpul kembali bersama keluarga.

Pengendara juga terkadang melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar.

Dulunya, sopir melempar uang di sungai namun beralih di pinggir jalan. Warga sekitar pun akhirnya memanfaatkan tradisi ini menjadi ladang mata pencaharian.
 
Di antara puluhan orang yang duduk setia dengan sapu lidinya. Warga percaya, salah satunya merupakan makhluk halus penghuni jembatan. Sisanya warga sekitar.
 
Jalan sepanjang hampir 500 meter ini tempat mereka mengais rezeki. Saling berebut mengambil uang menggunakan sapu lidi.

Tangan mereka selalu sigap menyapu jalanan lantas memasukkan rupiah ke dalam sakunya. Mereka bisa mendapatkan uang sekitar Rp50 ribu di hari-hari biasa.

Saat sudah memasuki Hari Raya Lebaran, mereka bak 'panen'. Pemudik yang kerap melewati jalur Pantura, pasti bakal melewati jembatan Sewo.

Banyaknya pemudik membuat mereka berkali-kali lipat dari hari biasanya. Penyapu koin bisa meraup penghasilan ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya dalam satu hari saja.

Beradu dengan kepulan asap kendaraan, panas terik matahari. Penyapu koin di Jembatan Sewo memang cukup membahayakan. Khawatirnya, warga yang terlalu sibuk menyapu uang recehan bisa tertabrak oleh kendaraan yang melintas.

Meski begitu, tradisi tersebut tampaknya sulit untuk dilarang atau dihentikan.

Belum ada informasi yang jelas sejak kapan tradisi ini dimulai. Namun tradisi penyapu koin Jembatan Sewo tersebut sudah lama dilakukan. Bahkan, katanya sejak zaman Belanda.