Masjid Al-Osmani, Masjdi Tertua di Kota Medan, Peninggalan Sultan Deli

Masjid Al- Osmani, Masjid Tertua di Kota Medan
Masjid Al- Osmani, Masjid Tertua di Kota Medan (Foto : Antvklik |Martinus/Medan)

Antv – Selain Masjid Raya Al-Mashun di Medan, ternyata jejak sejarah Kesultanan Deli di ibukota Sumatera Utara ini tersisa lewat Masjid Raya Al- Osmani. 

Masjid yang berjuluk sebagai masjid kuning, tercatat sebagai masjid tertua yang mulai dibangun pada Tahun 1854 di masa kepemimpinan Sultan Osman Perkasan Alam.

Sultan Osman Perkasan Alam merupakan sultan ke 7 dari Kerajaan Melayu Deli.

Meski sudah berusia 2 abad lebih, Masjid Raya Al-Osmani yang terletak di Jalan Kolonel Yos Sudarso kilometer 17.5, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara, masih terlihat berdiri kokoh.

Dengan warna dan bentuknya yang khas Kesultanan Deli, warga Kota Medan mengenalnya dengan masjid kuning.

 

img_title
Masjid Al- Osmani Terlihat Megah Pada Malam Hari. (Foto: Antvklik | Martinus Sitorus/Medan)

 

Bangunan ini pertama kali didirikan dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Meski sempat terhenti pada tahun 1870-1872, pembangunan dilanjutkan dengan menggunakan bahan bangunan permanen oleh putranya sebagai sultan kedelapan, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam.

Selain terlihat menara kembar didepannya, kubah masjid dibuat dari tembaga dan kuningan berbentuk segi delapan.

Kemegahan masjid kesultanan ini, menandakan kekentalan nuansa islam pada masa Kerajaan Melayu Deli. Dimana, pada saat itu, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga tempat dakwah dan penyebaran informasi Kerajaan Deli.

Posisi Masjid Raya Al-Osmani menghadap ke sebelah timur, membelakangi jalan raya, bangunan masjid memiliki serambi dan ruang utama.

Serambi berada di sisi timur, utara, dan selatan, dimana di setiap bagian tengahnya terdapat penampil sebagai pintu masuk.

Penampilan dihiasi dua buah tiang besar bersegi delapan dengan hiasan kuncup bunga di bagian puncaknya, masing-masing berada di kiri dan kanan pintu.

Penampil dan serambi merupakan ruangan terbuka, serambi memiliki atap sendiri yang di setiap sudutnya beratap kubah.

Masjid Al - Osmani memiliki tiga pintu dari setiap serambi,  untuk memasuki ruangan utama. Disisi ini berdiri empat buah tiang atau soko guru yang berbentuk segi delapan.

Selain tiang, juga terdapat mihrab dan mimbar kedua yang disebut dikba.

Keberadaan masjid ini, semakin lengkap adanya bedug yang usianya sudah ratusan tahun. Sampai kini, Bedugnya masih terus digunakan sebelum azan berkumandang.

Menurut Badan Kenaziran Masjid Al- Osmani, Ustad Ahmad Faruni mengatakan Masjid kuning ini mengadopsi berbagai gaya arsitektur, menggabungkan gaya timur tengah, asia dan eropa.

"Pada malam hari, Masjid Al _ Osmani terlihat  begitu megah, saat terkena sinar lampu. Dimana warna kuning adalah warna kemuliaan," kata Ustad Ahmad.

Ustad Ahmad menambahkan selama menjalan ibadah puasa nanti, berbagai kegiatan seperti buka puasa bersama, sholat tarawih hingga memasak bubur pedas merupakan tradisi setiap bulan puasa.

"Setiap Ramadan, tradisi disini, bubur pedas, akan dibagi ke masyarakat untuk santapan berbuka puasa," ungkapnya.