Ahli Ungkap Virus Corona Telah Mengalami Lebih dari 6.600 Kali Mutasi Spike Protein

Ahli Ungkap Virus Corona Telah Mengalami Lebih dari 6.600 Kali Mutasi Spike Protein
Ahli Ungkap Virus Corona Telah Mengalami Lebih dari 6.600 Kali Mutasi Spike Protein (Foto : )
Seorang ahli menyebut bahwa virus corona telah mengalami lebih dari 6.600 kali mutasi spike protein yang unik sejak muncul pada Desember 2019.
Akhir-akhir ini mutasi baru virus corona mulai terus bermunculan, seperti yang terbaru adalah varian B1617 dari India yang juga dikenal dengan mutasi ganda.Ahli sekaligus Direktur Eksekutif dari Bioinformatics Institute di Agency for Science, Technology, and Research, Dr Sebastian Maurer-Stroh mengatakan virus corona telah mengalami lebih dari 6.600 kali mutasi spike protein yang unik.“Ada lebih dari 6.600 mutasi unik pada spike protein virus corona sejak muncul pada Desember 2019. Ini menghasilkan satu mutasi unik setiap dua jam, baik pada siang atau malam haru,” jelas Dr Maurer-Stroh yang dikutip dari Straits Times, Selasa (11/5/2021).Mutasi virus akan muncul setiap ada kesalahan dalam proses replikasi karena ada penambahan, penghapusan, atau perubahan dalam kode genetiknya. Jika kesalahan meningkat, proses kelangsungan prospek hidupnya akan lebih banyak, salinan pada replikasi yang ‘salah’ ini akan tetap bertahan. Beberapa di antaranya bahkan bisa mempengaruhi versi aslinya.Salah satu contohnya adalah D614G yang meningkat pada Februari 2020 dan ditemukan pada seluruh sampel virus. Varian tersebut diberi nama klade atau grup keluarga sendiri dan menjadi klade G.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengungkapkan bahwa klade G ini meningkatkan efektivitas penularan. Tetapi, klade ini tidak menjadikan penyakit lebih parah, tidak mempengaruhi diagnosis, pengobatan, hingga vaksin.Klaid G dan subklad, termasuk GRY yang merupakan bagian dari varian B117 dari Inggris, telah menggantikan virus aslinya. Hal itu membuat virus lebih menular, menyebabkan penyakit lebih parah, mengurangi netralisasi antibodi secara signifikan, mengurangi efektivitas pengobatan, vaksin atau diagnosis.Namun, Dr Maurer-Stroh mengatakan tidak semua mutasi bisa memicu gelombang pandemi. Setiap varian pun biasanya terdiri dari 5-15 mutasi.