Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta!

Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta!
Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta! (Foto : )
Purnama lepas purnama. Dua belas purnama berlalu. Pergunjingan soal kesucian Sang Ratu belum juga pupus. Kabar-kabur menggunjing keperawanan Shinta membuat Rama gerah. Kabar-kabur anak yang dikandung Shinta adalah anak Rahwana membuat Rama gundah.Kaikeyi, ibu tiri Rama, memanfaatkan situasi. Bharata harus cepat naik tahta menggantikan Rama. Jangan sampai anak dalam kandungan Shinta yang menjadi pewaris tahta. Maka diculik dan dibuanglah Shinta.

Kaikeyi meminta Rama dan Bharata berburu burung yang langka dan sangat indah bulunya. Keduanya segera bergegas. Laksmana curiga, ini jebakan ibu tiri mereka untuk membunuh Rama. Laksmana membuntuti kedua ksatria itu. Dugaannya salah! Kaikeyi mengincar Shinta! Shinta dibuang jauh ke dalam hutan oleh kaki tangan Kaikeyi. Shinta, ditinggalkan di dalam hutan. Sendiri. Dalam keadaan hamil! Mengandung anak Rama! Kembar! Kelak diberi nama Batlawa dan Ramakusya. Inilah sebenarnya penculikan Shinta!

Shinta ditolong seorang Resi bernama Walmiki. Sepuluh tahun berlalu. Suatu saat Rama dan rombongan kerajaan melewati hutan tempat tinggal Shinta. Ia mendengar Kusa dan lawa bernyanyi tentang kehebatan Rama. Didatanginya kedua anak lelaki itu. Dari obrolan mereka, Rama sadar bahwa Shinta belum mati dan kedua anak itu adalah anaknya. Diboyonglah Shinta dan kedua anaknya ke Ayodhya.Rahwana telah lepas keterikatan. Menjadi Resi menyuci diri. Mempersiapkan moksa. Menyambut svargga. Ikhlas melepas Shinta kembali ke Ayodhya. Shinta menyerah … Kaikeyi menyebarkan sangsi tentang Lawa dan Kusa. Rakyat Kosala lagi-lagi terpedaya. Ayodhya mulai berghibah. Rama mulai bertanya-tanya dalam hati. Shinta menyerah. Sebelum Rama berucap. Shinta memohon Ibu Bhumi menerimanya jika memang Lawa dan Kusa adalah anak kandung dirinya dan Rama. Ibu Bhumi bergetar. Terbelah.Shinta memejamkan mata. Shinta menyadari dirinya hanyalah hadiah sayembara. Pikirannya melambung jauh ke Alengka. Bukan lagi sumber kebahagiaan Rahwana di Taman Asoka. Air mata Shinta menetes di pipi. Menyambut pelukan Ibu Bhumi. Raganya mati.Sukma Rahwana didera nestapa cinta. Menangis sejadi-jadinya. Menggugat semesta. Andai dia sempat ikut perlombaan di Kerajaan Mantili, niscaya Shinta menjadi miliknya. Mengapa pula Sinta memilih pria yang tidak sepenuh hati mempercayainya? Mengapa urusan keperawanan menjadi petaka untuk Shinta? Bagaimana mungkin seorang Rama yang disebut-sebut adalah titisan dewata tak mampu menerawang vagina Shinta?Bagi Rahwana, Shinta adalah cinta sejatinya. Perawan ataupun tidak perawan! (*)