Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta!

Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta!
Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta! (Foto : )
, yang artinya "Manusia Sempurna". Namun ternyata Rama tak lebih dari manusia biasa. Tiada sakti mandraguna. Hanyalah manusia seadanya. Manusia yang masih menuntut kesempurnaan di luaran sana. Nun jauh di luar dirinya. Rama mempertanyakan kesetiaan Shinta! Ini yang pertama!

Saat Rama menuntut kesetiaan Shinta, ia lupa membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga mengabaikan apa arti kesetiaan. Kesetiaan adalah keteguhan hati, ketaatan (dalam ikatan persahabatan, ikatan perhambaan), kepatuhan. Begini, jika Rama teguh hatinya, maka saat ia tahu dimana Shinta tidak harus menunggu tiga tahun untuk merangsek Kerajaan Alengka. Merebut kembali cintanya. Kecuali kalau Shinta bukan cinta sejatinya. Kecuali kalau Shinta hanyalah hadiah sayembara yang dimenanginya.

Menyoal keperawanan Shinta! Kedua, Rama mempertanyakan keperawanan Shinta. Perang dimenangi Rama. Shinta mengharap kedatangan Rama. Menjemputnya di taman Asoka. Namun ternyata tak juga menjadi nyata. Shinta hanya dijemput Laksmana. Rama tak sudi menginjakkan kaki di istana Alengka! Rama suaminya ternyata sangatlah angkuh! Shinta patah hati.

Tiga tahun merindukan suaminya, ternyata Rama tak merindukannya. Kalau Rama merindukannya, pastilah bergegas datang menjemput Shinta langsung di taman Asoka. Ya, nggak?

Shinta mampu meredam pertanyaan yang mencuat dari pikirannya. Lari menghambur ke pelukan Rama di Ayodhya. Namun, sambutan Rama justru mengagetkan. Rama curiga, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana. Berulang kali Shinta menjelaskan dirinya tiada bernoda. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya.Shinta pasrah. Menyerahkan dirinya pada Dewa Aghni seraya berkesah mengapa suaminya tak percaya. Dewa Aghni pun menjawab Shinta. Jilat api lebih hebat dari api Hanuman saat membakar separuh Alengka membiru-merah. Sontak menjadi hembus sejuk. Bongkahan kayu bakar membara menjadi singgasana pijakan yang nyaman. Shinta melangkah keluar dari kobaran api dengan anggun. Rakyat terpana dan percaya. Shinta tak bersalah. Rama bahagia. Shinta masih suci. Penculikan dan pembuangan Shinta!