Ini Kata Pakar Terkait Kekhawatiran Mengkonsumi MSG untuk Masakan Lezat dan Sehat

Ini Kata Pakar Terkait Kekhawatiran Mengkonsumi MSG untuk Masakan Lezat dan Sehat
Ini Kata Pakar Terkait Kekhawatiran Mengkonsumi MSG untuk Masakan Lezat dan Sehat (Foto : Istimewa)

Antv – Kabar palsu alias hoaks seputar MSG sering banget viral di mana-mana, bikin gempar! Padahal, berita palsu itu cuma bikin orang pada khawatir dan panik masyarakat awam saja.

Agar masyarakat tidak khawatir dan bisa menggunakan MSG dengan tepat untuk membuat makanan lebih lezat, penting untuk mengadakan kegiatan berkala yang memberikan pemahaman yang jelas tentang penggunaannya.

Salah satunya seperti yang dilakukan organisasi P2MI yang mengadakan acara Sharing Time bertema "MSG untuk Masakan Lezat, Sehat, Halal, dan Bergizi" setelah menunggu bertahun-tahun.

MSG atau Bumbu Ummi telah menjadi bagian dari masakan kita selama lebih dari seratus tahun, membantu meningkatkan dan menyelaraskan rasa gurih makanan. Namun, masih banyak kesalahpahaman di antara konsumen tentang MSG, yang terkadang disebabkan oleh berita palsu dan mitos yang berkembang.

Menurut Prof. Hardinsyah MS, PhD, seorang pakar nutrisi dan gizi, kesalahpahaman ini disebabkan tidak hanya oleh berita palsu, tetapi juga oleh penelitian yang tidak tepat. Contohnya, penelitian yang menguji dosis MSG 50 - 150 gram yang disuntikkan langsung ke tikus.

Hal ini menjadi perhatian dalam acara Sharing Time yang dihadiri oleh berbagai komunitas terkait dengan bahan pangan di Indonesia, serta wartawan dari berbagai media massa.

Acara ini berlangsung pada Senin (29/01/24) di Wajik Resto, Hotel Luminor Mangga Besar-Jakarta, dan menampilkan narasumber seperti Prof. Hardinsyah MS, PhD, dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO, Chef Muto, dan Chef Ajis.

"Selain dosisnya yang kelewat berlebihan, penggunaannya juga tidak dicampurkan dengan makanan, sehingga langsung ke darah, tidak melalui mulut dan pencernaan organ tubuh. Jadi tentu saja tikus itu mati. Disuntikan itu artinya langsung ke darah," ujar Prof Hardinsyah MS PhD, Senin (29/1/2024).

Sebaliknya, kata Prof Hardian, MSG justru banyak manfaatnya. Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian yang benar tentang MSG, tidak ditemukan secara langsung kerugian negatif pada tubuh apabila mengkonsumsi MSG sebagai penyedap makanan (diolah dengan makanan) secara cukup dalam batas tertentu.

"Lagian pemanfaatan secara berlebihan buat apa? Makanan malah terasa tidak enak. Sama seperti halnya kita mengkonsumsi nasi,, kalau terlalu berlebihan juga tidak baik kan," ujar Prof Hardian.

Profesor Hardian dan dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO, menjelaskan bahwa ada batasan maksimum penggunaan MSG dalam tubuh, yaitu 30mg per kilogram berat badan per hari, sesuai dengan standar Eropa.

Namun, mereka menekankan bahwa penting juga untuk mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPPOM) di Indonesia.

Keduanya menyatakan bahwa penggunaan MSG dalam bumbu masakan masih jauh dari batas maksimal yang diizinkan.

Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir, asalkan penggunaannya tidak melebihi batas tersebut. Mereka menegaskan bahwa produk MSG yang tersedia saat ini masih berada di bawah batas maksimal yang diperbolehkan.

Dr. Sheena menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki sistem detoksifikasi yang kuat. Tubuh secara terus-menerus membersihkan diri dari zat-zat berbahaya, termasuk MSG.

Oleh karena itu, selama organ tubuh berfungsi dengan baik, seperti ginjal dan lambung, konsumsi MSG dalam dosis yang wajar tidak menjadi masalah.

Sementara itu, Ir. Satria Gentur Pinandita dari Ajinomoto menyoroti banyaknya mitos yang beredar di masyarakat mengenai MSG, yang sebenarnya tidak berdasar.

"MSG itu juga sebenarnya dari alam juga. Jadi tidak benar berasal dari bahan kimia. Itu bahannya dari tebu juga sebenarnya. Diproduksi melalui fermentasi bahan-bahan nabati seperti tebu, bit gula, singkong atau jagung," ujat Satria.

Berikut mitos dan fakta terkait MSG:

MSG menyebabkan reaksi alergi adalah salah satu mitos juga. Faktanya, glutamat merupakan salah satu asam amino yang paling umum (bahan yang membangun protein dalam makanan dan tubuh kita) di alam.

Ini adalah penambah rasa alami dan banyak ditemukan pada makanan seperti jamur, keju parmesan, dan tomat. Tubuh kita memperlakukan glutamat dalam bumbu MSG dan glutamat alami dari banyak makanan yang kita nikmati sehari-hari dengan cara yang sama tanpa membedakan asal-usulnya. Karenanya kecil kemungkinan orang-orang sensitif terhadap MSG.

Mitos: MSG menyebabkan efek di otak

Faktanya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa MSG tidak memiliki efek negatif pada sistem saraf pusat otak. Bahkan dalam satu penelitian di mana glutamat plasma dinaikkan 10 kali lipat di atas normal, yang mana tidak pernah benar-benar terjadi di kehidupan nyata, tidak ada glutamat yang masuk ke otak.

Ini menunjukkan keefektifan otak dalam menangkal glutamat agar tidak memasuki otak.

Selain itu, MSG adalah bahan yang membatasi diri. Setelah sejumlah MSG yang sesuai telah ditambahkan ke makanan, menggunakan lebih banyak hanya memberikan sedikit tambahan rasa.