Mengukur Sejauh Mana ChatGPT Teknologi Pisau Bermata Dua Pada Industri Media

Diskusi Indonesian Digital Association
Diskusi Indonesian Digital Association (Foto : Rangga/ANTVklik.com)

Dengan melimitasi beberapa sektor pekerjaan yang bisa dipakai memakai AI dan sektor lain tetap mempertahankan dikerjakan secara manual.

"Nah saya kira industri publisher bisa memakai secara bijak dengan melimitasi hybrid tidak murni tapi di hybrid. Kedua, hybrid pun bisa delimitasi di konteks-konteks yang low risk regulasi, etik dan moralitas," terangnya.

Wenseslaus juga menganalogikan kemajuan teknologi AI ChatGPT ibaratkan pisau bermata dua bagi industri media. Karena, pekerjaan media, khususnya jurnalis harus tetap memiliki perasaan dari manusia.

"Ada plus dan minusnya, pisau bermata dua. (Journalist) tak akan pernah tergantikan karena unsur mendefinisikan unsur kepentingan publik meraba perasaan publik itukan membutuhkan manusia. Tidak bisa dikerjakan si mesin, menganalisis, lagi-lagi media itu membutuhkan independent," bebernya.

Lebih jauh Wenseslaus pun menegaskan bahwa jurnalis harus bisa menjalankan tugas tersebut. Ketika sikap independent dipandang berbeda dengan netral yang masih bisa dijangkau AI.

"Karena kalau netral itu si A bilang hujan si B bilang kering, tapi si media menulis dua-duanya. Kata si A hujan dan si B kering. Nah independen itu dia keluar langsung mengecek memastikan hujan atau kering itulah independen, bukan netral," tegasnya.

"Jadi saya kira situasi tertentu media berhak menentukan sikapnya untuk bersikap independen. Termasuk sikapnya netral itulah yang bisa ditangkap oleh si mesin," tambahnya.