Pihak Museum Auschwitz Sebut Tren TikTok Holocaust Berbahaya

Pihak Museum Auschwitz Sebut Tren TikTok Holocaust Berbahaya
Pihak Museum Auschwitz Sebut Tren TikTok Holocaust Berbahaya (Foto : )
Pihak Museum Auschwitz menentang tren baru di platform media sosial TikTok yang menjadikan penggunanya bisa berperan sebagai korban Holocaust.
Pihak museum dan tugu peringatan Holocaust Auschwitz-Birkenau menentang tren baru di platform media sosial TikTok, di mana pengguna berperan sebagai korban Holocaust, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (26/8/2020).“Tren ‘korban’ (Holocaust) di TikTok bisa menyakiti dan menyinggung,” kata pihak museum., seraya menambahkan bahwa beberapa video di platform tersebut dinilai meremehkan sejarah. Pihak museum angkat bicara terkait video kontroversial, di mana para pengguna TikTok berpura-pura menjadi korban Perang Dunia II.Klip video pendek menampilkan para pemuda yang menceritakan bagaimana mereka meninggal dalam Holocaust. Beberapa video menunjukkan orang-orang dengan memar palsu atau mengenakan pakaian narapidana bergaris atau tanda bintang kuning yang digunakan Nazi untuk menandai pakaian orang Yahudi.Video tersebut memicu rekasi dari beberapa pengguna TikTok Yahudi di awal bulan ini. Pihak museum mengakui bahwa ada beragam motivasi di balik tren tersebut, termasuk yang dibuat oleh orang-orang yang ingin “mengekspresikan kenangan pribadi”.Namun,”beberapa tidak diciptakan untuk memperingati siapa pun, tetapi untuk menjadi bagian dari tren online. “Ini sangat menyakitkan,” kata pihak museum. Museum Auschwitz memperingatkan dan meyerukan agar lebih banyak pendidikan dan diskusi tentang bagaimana mengingat Holocaust, daripada membuat kreasi yang “mempermalukan” kaum muda.Pihak museum menyebut konteks sejarah, ketepatan factual dan penghormatan terhadap korban merupakan faktor penting dalam memperingati Holocaust.Museum dan tugu peringatan didirikan pada tahun 1947 oleh parlemen Polandia bersama dengan mantan tahanan kamp konsentrasi untuk memperingati satu juta orang Yahudi dan lainnya yang terbunuh di kamp tersebut antara tahun 1940 dan 1945.Pemuda dan murid-murid sekolah mengunjungi bekas kamp dari seluruh dunia untuk tujuan pendidikan. Namun, kegiatan ini dihentikan antara pertengahan Maret dan akhir Juni, karena pandemi virus corona.