Orang Hindia Belanda Jadi Tontonan Kaum Kolonialis di Chicago

Orang Hindia Belanda Jadi Tontonan Kaum Kolonialis di Chicago
Orang Hindia Belanda Jadi Tontonan Kaum Kolonialis di Chicago (Foto : )
Akun Twitter @potretlawas menuliskan mereka tidak dibayar selama di Amerika. Eliza Scidmore yang datang ke Sinagar, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi tahun 1897 menuliskan dalam catatannya, tidak ada bayaran apapun yang diterima orang-orang Hindia Belanda ini saat di Amerika. Sejak awal, dikatakan perjalanan ke Chicago itu adalah hadiah karena mereka sudah rajin bekerja.Di sinilah orang-orang desa di Indonesia menceritakan pengalaman tak terlupa di Amerika: Mereka pertama kali melihat orang kulit putih melakukan kerja kasar, kerja kuli seperti mereka.Usai gala pertontonkan orang ini, seluruh barang bawaan yang dipamerkan dijual. Orang-orangnya pulang tanpa kargo lagi. Seperangkat gamelan dari Parakansalak, Sukabumi yang selalu mengiringi pertunjukan kini berada dalam simpanan Field Museum Chicago.[caption id="attachment_365582" align="alignnone" width="900"]
Orang Indonesia Jadi Tontonan Kaum Kolonialis di Chicago
Foto: Twitter @potretlawas[/caption]Kembali ke orang-orang Hindia Belanda yang dipertontonkan. Mereka kebanyakan pekerja perkebunan Parakansalak dan Sinagar, Sukabumi. Puluhan lainnya berasal dari daerah lain.Mereka meninggalkan Betawi (via pelabuhan Priok) pada 14 Februari 1893. Selama 5 pekan mereka berkapal menuju Hongkong kemudian melanjutkan ke San Fransisco.Dari San Fransisco mereka bersepur ke Chicago. Rombongan baru sampai Chicago minggu keempat bulan Maret 1893.Tugas pertama mereka adalah membangun Java Village di Chicago sebelum 1 Mei 1893 saat acara mulai. Namun target gagal dipenuhi. Java Village baru diresmikan dua bulan kemudian, 26 Juni 1893.[caption id="attachment_365593" align="alignnone" width="700"] Orang Indonesia Jadi Tontonan Kaum Kolonialis di Chicago Java Village di Chicago tahun 1893. Foto: Twitter @potretlawas[/caption]Java Village hampir sehektar luasnya. Di sini dibangun 36 rumah bambu aneka ukuran. Ada rumah tinggal, lumbung, masjid yang melaungkan azan 5 kali sehari, gardu ronda, hingga balai pertunjukan seni. Di sanalah mereka tinggal dan beraktivitas, selagi ratusan pengunjung datang melihat setiap hari. Dalam pamflet Java Village (baca di sini: The Java Village, Midway Plaisance, World's Colombian Exposition) disebutkan seekor orangutan turut dipamerkan. Juga dua bayi yang lahir di sana jadi tontonan.