HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Mitra Latih Tanding Begawan Ekonomi

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Mitra Latih Tanding Begawan Ekonomi (Foto Kolase)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Mitra Latih Tanding Begawan Ekonomi (Foto Kolase) (Foto : )
Adalah penting menggalakkan diversifikasi ekspor Indonesia. Begitu menurut Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo ketika meninjau Proses pembuatan kopi dan lada milik B & B di Telukbetung, Lampung. Keduanya memang bersahabat, tetapi tidak saling menyulitkan posisi masing-masing (Foto Perpustakaan Bakrie)[/caption]“Tidak percaya, tanya saja sendiri. Saya tidak takut,” ujar Soemitro dengan nada serius.Salah satu hal yang dikaguminya dari H. Achmad Bakrie adalah integritasnya sebagai pengusaha; tercermin pada perilaku, sifat dan tabiatnya dalam menjaga hubungan baik mereka.

“Saya pejabat, dia pedagang. Tapi dia nggak pernah nyuap saya, nggak pernah. Dan saya memang tidak pernah mengharapkan sepeser pun. Nggak pernah dia menawarkan ini, itu. Nggak pernah minta fasilitas,” ungkap Soemitro sambil menggerakkan kepala dan telapak tangannya bersamaan.

Integritas itu, lanjutnya, mencerminkan rasa persahabatannya yang tinggi. He had never abuse our friendship. Orang yang mempunyai integritas seperti itu jarang sekali ditemukan.“Ciri-cirinya tekun, ulet, tabah dan berintegritas dalam arti dia mempunyai pendirian yang dijiwai semangat patriot. Itu bukti nyata dari saya yang masih hidup sejak zaman paling sulit masa revolusi dulu,” ujar Soemitro.Setiap kali berjumpa, mereka berdiskusi, berdebat dan saling menghargai perbedaan pendapat. Kapasitas penguasa-pengusaha yang menarik dirasakan mereka berdua menurut Soemitro karena adanya keikhlasan tidak saling menyulitkan posisi masing-masing.“Belum pernah dia menyalahgunakan, tidak pernah dia minta rahasia-rahasia negara, mencari keuntungan misalnya soal devaluasi. Padahal sayalah yang paling tahu masalah itu dulu,” ujarnya sambil menghisap rokok dalam-dalam.Salah satu kelebihan H. Achmad Bakrie menurut Soemitro adalah bahwa Bakrie membuktikan mampu hidup dalam keadaan sulit, terus bertahan tanpa mengorbankan martabat integritasnya sebagai pengusaha.“Buktinya selama 40 tahun lebih dalam keadaan pasang surut dia teruuus bertahan, yang lain-lain wah... nggak tahu kemana!” soal kredibilitas Achmad Bakrie sebagai pengusaha nasional, Soemitro berujar: “Ngurus lada, orang lain nggak kena. Diserahkan sama Bakrie, bereees,” ucapnya terkekeh-kekeh.“Dia menguasai bahasa Belanda dan Inggris dengan baik. Jadi dia benar-benar self made man yang selalu saya hormati,” selama 40 tahun Soemitro berhubungan, Achmad Bakrie yang hanya berpendidikan SD tidak mempunyai kompleks rendah diri karena pendidikan. Dan itu karena “self made man” nya.“Menurut saya itu jauh lebih penting daripada gelar apapun, sarjana atau PhD (doktor).” Begitulah sedikit pembicaraan Soemitro atau “Mas Tjum” kalau Achmad Bakrie menyapanya.Besan Presiden Soeharto ini memang gesit dan cekatan. Di media massa suatu kali bulan Oktober 1991 dia diberitakan berlari ngibrit meninggalkan para wartawan yang “kecolongan” kalah cepat dengannya.[caption id="attachment_284517" align="aligncenter" width="900"] Sejenak berbagi api setelah Berkeliling Pabrik (Foto Perpustakaan Bakrie) Sejenak berbagi api setelah Berkeliling Pabrik (Foto Perpustakaan Bakrie)[/caption]Soal kegesitannya pun terulang ketika tim penyusun buku ini akan menemuinya di kantornya, PT Indoconsult. Waktu itu aliran listrik terputus di kantornya. Seketika disepakati pembicaraan dialihkan di rumahnya. Lantas ekonom senior ini “menghilang” bersama mobil berlogo tanduk, sementara kami menyusul dengan kendaraan jauh lebih canggih.Apa yang terjadi?Pak Mitro lebih dulu tiba dan dari dalam rumah sedikit berlari membukakan pintu depan. Tentu saja di sini lampu dan penyejuk ruangan bekerja dengan baik. Sumber: Buku "H. Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5