HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir (Foto Perpustakaan Bakrie)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie di Mata Achmad Tahir (Foto Perpustakaan Bakrie) (Foto : )
Siapa yang tidak mengenal Achmad Tahir. Terakhir jabatan kondangnya yang disandangnya adalah Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan IV dan di akhir hayatnya, pengabdiannya pada masyarakat adalah Ketua Yayasan Universitas Pancasila 
Jakarta.
Dengan gaya khasnya yang ramah dan tidak formil mencoba mengajak duduk seorang penulis di ruang kerjanya di bagian belakang yang lebih terkesan teras merangkap perpustakaan. [caption id="attachment_280871" align="aligncenter" width="500"]Achmad Tahir Achmad Tahir[/caption] Saat ditanya tentang sosok H. Achmad Bakrie, Achmad Tahir yang tutup usia bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2020 itu, dengan tegas mengakatakan bahwa sosok H. Achmad Bakrie adalah sebagai abang teladan.

“H. Achmad Bakrie mendapat tempat khusus di hati kami sebagai abang teladan,” ucapnya menatap lurus.

Sebutan “abang” pada H. Achmad Bakrie menandakan takzim dan dekatnya persahabatan di antara mereka. "Keteladanan Achmad Bakrie menurut Tahir teruji pada sisi pengusaha, kepala keluarga, pribadi, dan warga negara. Sebagai pengusaha, Bakrie tidak mengecoh mitranya dan tidak pernah terdengar suara sumbang atas perilaku bisnisnya." "Sebagai kepala keluarga, H. Achmad Bakrie pantas diteladani. Selain pendidikan formal anak-anaknnya berhasil semua, juga pendidikan agama mereka." "Integritas pribadinya dapat diandalkan seperti jauh dari gosip, tidak mencampuradukkan persahabatan dengan bisnis yang ditekuninya, dan pergaulannya luas meliputi semua lapisan."“Salah satu kekuatan beliau adalah, tidak suka menceritakan atau menjelek-jelekkan orang lain,” Tahir mengingatkan "dulu, biasanya sesama pengusaha mengedarkan gosip dan menjelek-jelekkan pribadi dan perusahaan-perusahaan. Bahkan Tahir tidak menafikan bahwa kenyataan itu masih terjadi sekarang." "Integritas pribadi lainnya, bahwa Bakrie itu pengusaha kaliber besar yang rendah hati, ramah dan selalu hangat di tengah-tengah pergaulannya dengan sense of humor yang tinggi." [caption id="attachment_280872" align="aligncenter" width="900"]Berpegang pada tali Allah. Begitulah penilaian Achmad Tahir (Mantan Menparpostel) atas kemajuan usaha H. Achmad Bakrie (Foto Perustakaan Bakrie) Berpegang pada tali Allah. Begitulah penilaian Achmad Tahir (Mantan Menparpostel) atas kemajuan usaha H. Achmad Bakrie (Foto Perustakaan Bakrie)[/caption] “Biasanya orang sekaliber dia dari jauh saja sudah kelihatan. Mudah-mudahan sifat beliau menurun kepada generasi kedua.” Tahir mengakui sulit menyamai keteladanan H. Achmad Bakrie. Peralihan generasi di tubuh perusahaan keluarga sering diakhiri dengan pertengkaran ayah dengan anak-anak atau antar anak-anak sendiri. Sukses generasi pertama malah sering menimbulkan macam-macam kompleks seperti “conflict of interest”. Namun, pada keluarga H. Achmad Bakrie, Tahir tidak melihat sedikit pun tanda-tanda ke arah itu bahkan sejak kepergian H. Achmad Bakrie, generasi pelanjut tampak kian tegar dan membesar.

Untuk hal seperti ini, Tahir suatu kali berujar pada istri Bakrie. “Saya bilang sama kakak (Ibu Roosniah Bakrie, pen.), Aburizal ini langka. Dia memiliki tanggung jawab begitu besar. Kita doakan supaya terus berlanjut, ... Ical (Aburizal) kini menjadi aset nasional yang berhasil.”

Keteladanan lain Bakrie menurut jenderal berbintang tiga purnawirawan dari kesatuan (korps) infantri ini adalah komitmen pada negara.

“Rasanya yang tidak dikerjakan H. Achmad Bakrie adalah menyuap. Dia tetap mematuhi segala peraturan dan moral bangsa, tidak melakukan suap menyuap di bawah meja dan sebagainya,”

Lebih jauh Tahir melihat, bahwa H. Achmad Bakrie ikut mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam memilih bidang usaha. misalnya, selain menekuni perdagangan umum, H. Achmad Bakrie merintis industri dengan mendirikan pabrik pipa. Itu menurut Achmad Tahir bukan pekerjaan main-main. Secara ekonomi banyak devisa bisa kita hemat tanpa menggantungkan sepenuhnya pada impor pipa. Sehingga perintisan itu menuju kepada kemandirian bangsa. Belakangan banyak orang tersadar bahwa pilihan atas industri pipa adalah bidang strategis dan untuk mewujudkannya, selain modal besar sudah tentu memerlukan manajemen teknik yang canggih. Kita pernah mengalami kesulitan pipa yang banyak dibutuhkan negara. “I’m a steel man, bukan ditulis still, ha ha ha...” kenang Tahir menirukan suatu bentuk kehangatan pribadi H. Achmad Bakrie. Kepiawaian Bakrie memilih industri pipa baja dan kiat-kiat bisnis lainnya yang sarat nilai menjadi penawar luka bagi pengusaha bumiputra, yang sejak masa kolonial sudah tertanam citra buruk bahwa “inlander” (pribumi) itu bodoh segala-galanya. Selalu dikatakan bahwa kita ini tidak pintar berdagang. Padahal “orang kita” banyak yang pintar dan “orang itu” ada juga yang bodoh. “Lihatlah wajah buronan di televisi...” gurau Tahir. Akan halnya totalitas keberhasilan H. Achmad Bakrie, menurut mantan Anggota Musyawarah Pembantu Perencanaan Pembangunan Nasional ini adalah suatu sumbangsih perjuangan masyarakat Pancasila yang didambakan. Bukan hanya itu, lanjut penerima Bintang Mahaputera Adipradana (1987) tersebut, meniai H. Achmad Bakrie layak menerima penghargaan dari pemerintah atas jasa-jasanya itu. “Tinggal dikumpulkan bahan-bahannya untuk diusulkan pada pemerintah. Pemerintah juga kenal kok, malah Presiden tahu siapa itu Achmad Bakrie,” ujarnya lagi. Peran serta Bakrie dalam pembangunan ekonomi nasional direfleksikan Tahir sebagai bagian perjuangan nasional. Misalnya dalam merekrut puluhan ribu tenaga kerja yang berarti mengurangi beban pengangguran dan memberikan pemasukan pajak bagi pemerintah. Ketekunan, keuletan dan keteguhan H. Achmad Bakrie di bidang bisnis patut ditiru dan setiap kali dua sahabat ini berjumpa, Tahir dapat menangkap bahwa H. Achmad Bakrie sangat arif dan dapat membaca keadaan pasar, baik nasional maupun internasional. "Kelebihan almarhum juga terlihat pada daya antisipasi yang tinggi. Cuma nggak dibilangnya,” ujar mantan Duta Besar RI untuk Perancis ini dengan derai tawa. Ayah enam putra-putri ini mengaku sangat menikmati karunia Allah dengan kesehatan yang baik di usia 67 tahun ini, mengenang almarhum H. Achamd Bakrie sebagai tokoh idola yang membekaskan sinar keteladanan. “Pembuatan buku ini jangan hanya dipandang sebagai aset moral support, tetapi mencari wisdom masa kini.” Kekuatan Bakrie sebagai pengusaha menurut Tahir adalah kemampuan memadukan nilai-nilai agama dan bisnis yang tampaknya saat ini merupakan sesuatu yang langka.

“Nilai-nilai agama itu landasannya. Berpegang ke tali Allah kelihatan dari penampilannya. Ini H. Achmad Bakrie yang saya katakan sebagai idola, sehingga ia tidak serta merta menjadi kapitalis,” pungkas Tahir

Sumber: Buku "Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5