Keselarasan hidup dan lingkungannya yang dipola. Ada hitungan dan ritual tertentu. Di Jawa ada kitab yang menjadi patokan hitung. Primbon. Misalnya dalam suatu hajatan di musim hujan, dukun akan memasang bawang merah dan cabe merah yang ditusuk lidi. Ditancapkan ke beberapa titik di sekitar lokasi. Ini berfungsi menciptakan panas, menyingkirkan awan basah.[caption id="attachment_239922" align="alignnone" width="720"]
Foto: Aji Tapak Sesontengan[/caption] Pemimpin Upacara Nonagama Sudah jelas bahwa dukun biasanya memimpin upacara nonagama. Seperti di masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan. Ada yang disebut Bissu. Mereka adalah dukun yang tidak mempunyai golongan gender dalam kepercayaan tradisional Tolotang yang dianut oleh masyarakat Amparita Sidrap.Golongan Bissu mengambil peran gender laki-laki dan perempuan. Mereka dilihat sebagai separuh manusia dan separuh dewa dan bertindak sebagai penghubung antara kedua dunia. Merekalah yang memimpin ritual-ritual atau upacara adat.Mereka masuk kategori gender kelima. Selain laki-laki (oroani) dan perempuan (makkunrai), masyarakat Bugis sebelum Islam masuk, juga menerima kehadiran perempuan kelaki-lakian (calalai), laki-laki keperempuanan (calabai), serta Bissu yang meta-gender.[caption id="attachment_239907" align="alignnone" width="963"] Foto: Aji Tapak Sesontengan[/caption]
Baca Juga :