Mengenang Bu Ani Yudhoyono (3): Pertunangan Ani dan SBY

SBY-Ani
SBY-Ani (Foto : )
Setelah menjalin hubungan jarak jauh, kisah asmara Ani-SBY pun diresmikan lewat sebuah pertunangan. Kisah ini ada dalam biografi Ani Yudhoyono, "Kepak Sayap Putri Prajurit" yang terbit pada 30 Juli 2010.
Rupanya papi menangkap getar keseriusan ini. Ia dengan terang-terangan mengatakan, bahwa ia merestui hubungan asmara kami.Tahun 1974, sebuah keputusan dari Pemerintah kembali membuat Papi harus hijrah dari tempat tugasnya. Ia ditugaskan menjadi Duta Besar Berkuasa Penuh RI di Korea Selatan. Jabatan itu merupakan jabatan pertama di Korea Selatan, setelah sebelumnya hubungan diplomatik dilakukan oleh Konsul Jendral (Konjen).Papi menerima tugas ini dengan senang hati. Bagi Beliau ini merupakan tugas penuh kehormatan, apalagi saat itu terlihat kecendrungan kerjasama yang saling menguntungkan antara Negara Indonesia dan Korea Selatan. Misi untuk merapatkan hubungan kedua negara menjadi penyemangat tersendiri bagi Papi.Di luar dugaan, Papi mengharapkan kami ikut serta. Bukan sekadar hanya ingin mengajak anak-anak, tapi ia punya alasan khusus.  “Kalian sudah besar”, kata Papi pada Mbak Wiwiek, Mbak Titiek, aku, dan Tuti. “Papi sudah mendidik dan menjaga kalian sejak kecil, mendampingi kalian selama sekolah, sampai kalian sudah menjadi wanita-wanita dewasa. Sekarang, Papi ingin memberikan finishing touch pada kalian berupa pengalaman dan wawasan tinggal di negeri orang,” tutur Papi.Lebih jauh Papi mengatakan bahwa pengalaman di luar negeri, jika dihayati dan diserap saripati manfaatnya, akan membawa seseorang pada pendewasaan yang lebih lengkap pada dirinya. Selain kemandirian akan semakin kuat, penyesuaian diri dengan dunia luar pun akan memperkaya mental dan jati diri seseorang. Papi sudah merasakan hidup di Amerika dan Australia ketika mengasah ilmu militernya. Sedangkan kami, belum pernah sekali pun ke luar negeri.“Sebelum kalian menikah dan diambil orang, Papi ingin memoles kalian dengan sentuhan akhir ini,” ungkap Papi sambil tersenyum. Bagi kami harapan Papi adalah ajakan yang sangat indah. Tidak ada penolakan muncul, yang ada justru semangat.“Bagaimana dengan kuliah aku, Pi?” tiba-tiba aku teringat. Kuliahku sudah menjejak semester enam. Butuh sekitar tiga tahun lagi untuk bisa lulus. Rasanya cuti kuliah tidak mungkin. Belum ada budaya cuti kuliah saat itu.“Papi akan mencarikan kampus yang baik untukmu di Seoul. Jadi kamu melanjutkan kuliah kedokteran di sana,” kata Papi.Persiapan berangkat ke Seoul sudah dilakukan, ketika Papi mandatangi aku dan mengatakan sesuatu. “Ani, sebaiknya kamu bertunangan dulu dengan Bambang,” tutur Papi menyebut nama panggilan SBY.Aku tercenung. Kaget dengan saran Papi. Sebetulnya persoalan hubunganku dengan SBY memang sempat menjadi problem buatku. Aku sedih memikirkan jarak kami yang terpisah jauh setelah aku hijrah ke Seoul tapi tentu saja aku tidak berani mengungkapkan ini pada Papi. Nyatanya ayahku memiliki naluri yang lebih tajam dari dugaanku. Papi rupanya mambaca kegelisahanku. “Supaya ikatan kalian kuat, walau akan terpisah jauh,” tambah Papi lagi.Bukan main terharunya aku. Cepat, aku menyampaikan kabar itu pada SBY. Ia pasti akan gembira mendengarnya. Tidak dinyana, ternyata ia yang menyampaikan permintaan itu pada Papi. Rupanya, tanpa setahuku, memang telah terjadi lamaran untuk meminang aku dari pihak SBY, di Magelang, saat SBY diwisuda menjadi perwira terbaik AKABRI tahun 1973. Orang tua SBY menemui Papi dan Ibu ketika mereka ikut menghadiri acara wisuda itu mereka secara resmi menyatakan hendak 'meminta’ aku. Papi dan Ibu mengatakan setuju.Dengan persiapan serba cepat dan seadanya, upacara tunangan pun digelar di rumah di Cijantung. Sederhana sekali. Kami hanya melakukan syukuran dan mengundang sanak saudara dekat saja. Sebetulnya upacara ini merupakan momen langkah di keluarga kami. Tidak pernah ada budaya tunangan sebelumnya.Baru aku yang melakoni upacara ini. Nampaknya Papi benar-benar menyukai hubungan kami dan khawatir kepergian ke Seoul akan membuat hubunganku dengan SBY renggang. Bukan hanya aku rupanya yang merasa berjodoh dengan SBY. Papi pun merasa berjodoh dengan SBY sebagai calon menantu.Di tahun itu, SBY yang telah diwisuda menjadi lulusan terbaik Akabri, mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCAB-IF). Setelah lulus, ia ditugaskan ke Bandung, tepatnya di Dayeuh Kolot sebagai Komandan Pleton Tiga di Kompi Senapan A Batalyon Lintas Udara 330/Tri Dharma Kostrade. Jadi, aku ke Seoul, SBY ke Bandung.Perpisahan dengan SBY membuatku menangis. Antara sedih harus berpisah dan terharu karena kami dipersatukan lewat tunangan. Aku masih mengingat kata-kata SBY sebelum kami tinggal landas menuju Seoul. Dia berjanji akan memapankan diri agar bisa segera memperistri aku sesegera mungkin. Bagiku itu adalah sebuah janji yang sangat indah.
(Bersambung)