Kisah Wartawan Senior Frans Padak Demon, Saat Terjebak Gempa Palu

antre masuk herkules
antre masuk herkules (Foto : )
Wartawan senior Voice Of America (VoA) Indonesia Frans Padak Demon ditugaskan kantornya ke Palu. Saat itulah  gempa dan tsunami melanda dan meluluhlantakkan kota itu. Ini kisahnya melewati saat mencekam dan akhirnya bisa kembali ke Jakarta.
Selamat siang teman2 semua. Terimakasih atas doanya. Saya selamat dan kini berhasil naik Hercules TNI ke Jakarta.Hari Jumat itu pagi harinya saya berkunjung ke Radio Nebula dan bertemu dengan pimpinan Pak Tasrief Siara serta programmer dan para penyiar.Menjelang sholat Maghrib saya pamit dan kembali ke hotel. Karena hotel Santika penuh saya harus pindah dan seorang teman berhasil mendapatkan satu kamar di Hotel Mercure.Jam 13.00 saya check in di Hotel Mercure kemudian berangkat dengan mobil ke Kabupaten Sigi menemui Radio Citra Pertanian, radio afiliasi VOA yang sejak lama menyiarkan program-program radio.Bertemu dengan pimpinan dan penyiarnya. Sekitar jam 15.00 ketika sedang berdikusi dengan mereka, terjadi gempa yang tidak begitu besar, kami berhamburan keluar.Tapi kemudian masuk lagi sebentar dan saya pun pamit. Saya kembali ke Hotel Mercure sebentar, lalu mengunjungi Radio Proskuneo FM di Jl. Woodward, bertemu dengan station managernya Mas Ekel dan staf serta para penyiar.Rencananya jam 17.30 saya kembali ke Mercure karena ada janji dengan TV lokal di Palu, Nuansa TV. Tapi karena diskusi menarik dan Mas Ekel minta saya untuk talkshow menjelaskan ttg VOA dan siaran-siaran VOA.Rencananya Sabtu pagi saya juga akan talkshow bareng Kepala LKBN Antara di Palu, jam 11.00 -12.00. Beberapa menit sebelum pukul 18.00, saya pamit kembali ke Mercure karena harus ketemu Nuansa TV sekitar sana.Saya pun pesan Grab, namun sebelum Grab tiba, gempa yang sangat keras menggoncang. Kami haruss berusaha keluar dari studio, depan pintu kami terjatuh, saya tinggalkan tas yang saya bawa dan kami lari ke halaman sambil mengawasi jangan sampai antena radio setinggi 60 meter jatuh menimpa kami..Tembok pagar dan rumah sekitar kami runtuh. Kami bertahan sekitar 10 menit di situ lalu lari ke jalan yang penuh dengan orang-orang yang panik. Saya dan staff radio berusaha menenangkan mereka dan kami memutuskan naik ke bukit di Timur Kota Palu di Laswani.Saya dibonceng seorang pemuda menyelip di antara mobil, motor dan ribuan manusi. Di tengah jalan kami harus menghindari tiang listrik dan gedung serta pohon yang rubuh karena goncangan gempa susulan yang terus terjadi.Setengah perjalanan saya harus berjalan kaki sepanjang 5 kilometer ke atas bukit karen besin motor habis. Malam itu kami tidur di jalanan di atas bukit tanpa alas apapun... semua berbaur, berdoa hingga tidak terasa lapar atau haus.Sabtu siang saya ke klinik World Vision untuk mengobati luka-luka di lengan kiri dan dengan diantar motor pergi ke Hotel Mercure untuk mengambil koper dan barang-barang saya.[caption id="attachment_151758" align="alignnone" width="300"]
Hotel Mercure Tempat Saya Menginap[/caption]Eh ternyata Mercure sudah hancur diterpa gempa dan tsunami. Yang saya temukan hanya beberapa mayat yang bergelimpangan.Saya putuskan ke Bandara dan tidur di bawah pohon parkiran Bandara sambil menunggu pesawat pertama ke luar Palu. Beberapa gedung dan tower Bandara hancur.Syukurlah akhirnya saya bisa naik Hercules TNI dan OTW ke JakartaSaya berusaha telpon teman2 di Nebula dan RCP tapi tidak nyambung. Yang saya dengar banyak gedung di Sigi rontok krn tanah amblas dan terjangan lumpur..Mari kita doakan untuk korban dan keluarga serta warga Palu serta Donggala?Seperti yang yang dikisahkan Frans Padak Demon