Kisah Pilu Bu Guru SMK Pontianak yang Naik Sriwijaya Air SJ 182 Usai Jenguk Ibunya

Kisah Pilu Bu Guru SMK Pontianak yang Naik Sriwijaya Air SJ 182 Usai Jenguk Ibunya (Foto Kumparan) (Foto : )

Kabar pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Pulau Seribu, Jakarta pada Sabtu (9/1/2021) sore, telah membuat duka seluruh negeri. Termasuk duka yang menyelimuti keluarga Sri Lungdiyanti (80), warga Desa Surokidul. RT 3 RW 02 Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal.Anak kelima Sri Lungdiyanti, Panca Widia Nursanti (46 tahun) setelah pulang tengok ibu di Tegal, kembali ke Pontianak menggunakan pesawat naas itu.Sang ibu yang sudah berusia lanjut itu tampak duduk di ruang tamu dengan menatap ke depan dan ditemani keluarga lainnya mencoba menuturkan."Panca Widia Nursanti suka pulang saat libur. Kadang-kadang satu keluarga. Kadang-kadang sama suaminya. Kadang-kadang sendiri. Terakhir pulang itu kemarin tanggal 22 Desember. Tapi pulang sendiri," tutur Sri Lungdiyanti sambil menitikan air mata, Minggu (10/1/2021).Lebih lanjut Ia menuturkan, Panca Widia Nursanti pulang ke Tegal karena ingin menengok dirinya yang waktu itu sedang sakit.“Widia pulang itu karena ibu sakit. Setelah dia pulang, ibu medingan dan allhamdulilah sudah mendingan. Padahal ibu sudah bilang jangan dipaksakan pulang ke Tegal. Ibu dah mendingan. Kata Widia, saya ingin lihat ibu," ucapnya dengan suara lirih bergetar.Ibu dengan tujuh anak itu menuturkan, Widia sudah lama tinggal di Pontianak. Semenjak menikah, anak kelimanya itu sudah tinggal di Pontianak dan menjadi guru SMK di sana."Kalau memang dia menjadi korban pesawat yang jatuh. Semoga Widia diterima di sisi Yang Maha Kuasa," harapnya sambil menitikkan air mata lagi.Kakak sulung Widia, Eka Cahyaningsih (54) mengatakan, kalau selamat allhamdulillah. Kalau tidak selamat, itu sudah takdir.“Mudah-mudahan adinda meninggal khusul khotimah. Niatnya Widia pulang itu karena nengok ibu sakit. Setelah ditinggal lagi, ibu ada perubahan. Sudah sembuh karena sudah terobati kangennya," ujarnya.Keluarga berharap, kata dia, pencairan korban dengan maksimal dan serius. Sampai tuntas dan sampai ketemu.Walaupun penemuan jenazahnya tidak utuh, yang penting ciri-ciri jenazah itu benar.“Dia (Widia) kebetulan pake cicin kawin dan cicin permata," ungkapnya.Sementara itu, untuk menunggu kabar tentang jatuhnya pesawat, suami Widia dan anak pertama Widia sudah menunggu di Bandara Pontianak."Kebetulan suami saya juga kerja di Kalimantan. Jadi temenin anak Widia di sana," kata Eka Cahyaningsih.Menurut Eka, saat Widia mau kembali ke Pontianak itu, tidak ada firasat apapun. Hanya saja ia melihat Widia agak kurusan, dan tidak terlalu semangat.“Biasanya kalau mau pulang itu langsung peluk-peluk keluarga. Kali ini cuman salaman biasa. Terus saat mau berangkat, dia bolak balik di dalam ruangan,” pungkasnya, seperti dikutip dari Kumparan.