Rivalitas Indonesia vs Malaysia Seperti Belanda vs Jerman

Jelang menghadapi Malaysia, Timnas Indonesia menang 2-0 atas Bhayangkara FC pada laga uji coba keduanya (Foto : )

Timnas Indonesia akan ditantang Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), dalam laga perdana Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, Kamis (5/9/2019).Indonesia dengan Malaysia memang negara serumpun di kawasan Asia Tenggara. Keduanya memiliki ikatan kekerabatan amat kuat, sesama negara Melayu. Namun bicara sepakbola keduanya adalah rival abadi. Pertemuan kedua negara selalu menjadi partai hidup mati, karena sarat dengan rivalitas tingkat tinggi. Baik Indonesia maupun Malaysia seakan ingin membuktikan siapa yang lebih baik.Rivalitas Indonesia dengan Malaysia dimulai dimulai sejak tahun 1960-an. Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia karena tidak terima dengan tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda.Sebagai aksi balas dendam, Presiden Soekarno melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia yang menular ke lapangan sepak bola. Kata-kata pedas "Ganyang Malaysia!" yang dilontarkan Presiden Republik Indonesia, Soekarno, dalam sebuah pidato politik di Jakarta seperti menjadi penyemangat bagi Tim Merah-Putih saat akan berhadapan dengan timnas Malaysia.Duel yang melibatkan kedua negara, baik saat di Jakata atau Kuala Lumpur, selalu sesak dipenuhi penonton. Setiap bertanding melawan Malaysia, selalu muncul semangat berlipat. Ibarat kata dengan tim lain Indonesia boleh kalah, namun tidak dengan Indonesia.  Perasaan inilah yang dirasakan hingga ke Timnas Indonesia saat ini.Rivalitas antara Indonesia dan Malaysia sama seperti rivalitas tim nasional Belanda dengan Jerman yang menjadi salah satu yang tersengit di dunia. Rivalitas kedua negara bertetangga ini berakar dari adanya sentimen anti-Jerman menyusul penjajahan Jerman atas Belanda selama Perang Dunia II.Lima tahun diduduki Jerman selama Perang Dunia Kedua adalah babak paling kelam dalam sejarah Belanda yang sulit dilupakan orang Belanda. Perasaan itu terbawa ke sepak bola ketika pertemuan pertama mereka sejak 1945 terjadi pada final Piala Dunia 1974. Belanda dan Johan Cruyff saat itu kalah 1-2 dari Jerman Barat di Muenchen.Banyak yang berpandangan kekalahan itu berhubungan dengan beban sejarah pendudukan Nazi yang diderita Belanda saat Perang Dunia II dan itu membuat para pemain Belanda tidak bisa bermain normal ketika berhadapan dengan Jerman. Dan perasaan anti-Jerman di Belanda biasanya menguat manakala Jerman tidak terkalahkan.