Dampak PSBB Jabodetabek, LIPI: Sampah Plastik Paket Online Melebihi Plastik Kemasan

jasmin-sessler-5Wfttm2CjeI-unsplash
jasmin-sessler-5Wfttm2CjeI-unsplash (Foto : )
Dampak PSBB di Jabodetabek, menimbulkan masalah baru. LIPI menemukan, jumlah sampah plastik bungkusan paket online melebihi sampah plastik kemasan.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah untuk memutus penyebaran Covid-19, ternyata menimbulkan masalah baru, yakni peningkatan jumlah sampah plastik yang didapat dari bungkus plastik pengiriman belanja online.Hasil penelitian ini diungkap oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI dalam studi berjudul ‘Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik di kawasan Jabodetabek’.Penelitian ini sendiri dilakukan LIPI melalui survei online yang berlangsung pada periode 20 April hingga 5 Mei 2020.“Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas warga Jabodetabek melakukan belanja online, termasuk makanan, yang cenderung meningkat semenjak pemerintah menetapkan kebijakan PSBB.” demikian kutipan pernyataan Intan Suci Nurhati, peneliti Pusat Penelitian seonografi LIPI dalam rilisnya.Jika sebelum PSBB para partisipan survei hanya membeli produk secara online sebanyak 1 hingga 5 kali dalam satu bulan, kini melonjak menjadi 1 hingga 10 kali dalam sebulan.Akibatnya, penggunaan layanan delivery makanan lewat jasa transportasi online turur meroket. Padahal, 96 persen paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap.LIPI juga mencatat, selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering digunakan untuk membungkus produk belanja online.Yang lebih mencengangkan, ternyata jumlah sampah plastik dari bungkus paket di Jabodetabek mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli.Pada saat yang sama, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 60 persen responden menilai penggunaan bungkus plastik tidak bisa mengurangi risiko paparan Covid-19.Untuk hasil tersebut, temuan ini sesuai dengan penelitian lainnya yang menyebut bahwa virus Covid-19 dapat bertahan di permukaan plastik selama tiga hari, lebih lama disbanding permukaan lain seperti kardus atau stainless steel.Data survei LIPI juga mengungkap tingkat kesadaran warga yang tinggi terhadap isu sampah plastik. Tapi ironisnya, kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik belum dibarengi dengan aksi nyata.“Hanya separuh dari warga yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik dan menambah beban tempat pembuangan akhir selama PSBB/WFH,” pungkas Intan Suci Nurhati.