Waspada! Serangan Gatal di Kalangan Gen Z Berdampak pada Penurunan Kualitas Hidup

Ilustrasi serangan gatal pada kulit
Ilustrasi serangan gatal pada kulit (Foto : Freepik/ freepik)

Antv – Gen Z, yang saat ini berada di rentang usia 13-27 tahun, menjadi kelompok usia yang rentan terhadap serangan gatal.

Sebab, Gen Z memiliki mobilisasi tinggi di tengah kondisi paparan cuaca dan polusi ekstrim.

Sayangnya, hal ini kerap diabaikan lantaran dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Padahal, serangan gatal bisa jadi pertanda penyakit kulit lainnya yang lebih parah.

Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat, khususnya Gen Z, untuk lebih memperhatikan kondisi kulitnya serta segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika mengalami serangan gatal.

Saat ini, polusi udara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan kota besar lainnya, menjadi masalah yang sangat serius.

Jakarta, Bandung, dan Depok merupakan segelintir wilayah yang memiliki konsentrasi polusi partikulat di titik tertinggi, sehingga akan mengakibatkan perubahan pada kesehatan kulit.

Serangan Gatal dan Kelainan Pada Kulit

Gatal dan iritasi pada kulit merupakan salah satu masalah kesehatan yang mulai banyak ditemukan akibat polusi yang meningkat.

Selain polusi akibat gas pembuangan industri dan kendaraan, polusi dari sumber lain, seperti asap rokok, sinar ultraviolet dan produk rumah tangga juga berpengaruh pada kesehatan kulit.

Serangan rasa gatal pada kulit yang menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan sakit pada permukaan kulit juga dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang.

img_title
dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi dan Venerologi. (Foto: Dokumentasi)

dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi dan Venerologi Klinik Pramudia menyatakan, “Kulit gatal merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit yang dirasakan oleh seseorang dan menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Hal ini akan berdampak negatif secara psikologi dan kehidupan seseorang."

“Gatal bisa dikatakan sebagai keluhan kulit terbanyak pada praktik dokter spesialis kulit dan kelamin, apalagi kondisi cuaca dan polusi ekstrim saat ini," ucapnya.

"Hal ini karena polusi secara langsung dapat merusak fungsi barier kulit yang berpengaruh terhadap kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti eksim atopik,” ia melanjutkan.

Selain eksim atopik, beberapa kelainan kulit yang bisa timbul dari cuaca dan polusi ini adalah jerawat, psoriasis, dan kelainan pigmentasi kulit seperti flek wajah maupun di tangan.

Lebih bahayanya lagi, polusi juga bisa meningkatnya resiko kanker kulit. Maka, penting bagi Gen Z yang sering melakukan kegiatan outdoor untuk melakukan pencegahan terhadap kulit gatal. 

Kerusakan kulit seperti gatal ini dapat dicegah dengan melakukan perawatan rutin pada kulit, diantaranya dengan rutin membersihkan kulit minimal 2 kali sehari dengan sabun yang lembut, meggunakan mosturizer dan tabir surya, serta jika perlu mengonsumsi suplemen yang sesuai dengan jenis dan tipe kulit penderitanya. 

Minum air putih yang cukup juga akan membantu memberikan kelembapan terhadap kulit yang kering.

Selain itu, mengurangi paparan dengan polusi seperti mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker juga tidak kalah penting.

“Jika cuaca ekstrim dan polusi ini dianggap remeh, maka tentu akan ada masalah yang timbul. Gatal dan kemerahan yang dibiarkan lama tanpa pengobatan akan semakin parah dan lama kelamaan akan mengganggu kualitas hidup penderitanya, durasi pengobatan yang semakin panjang dan pada akhirnya akan berdampak pada sulitnya melaksanakan kegiatan sehari-hari, apalagi pada Gen Z,” tambahnya.

Penyebab Serangan Gatal 

img_title
dr. Eko Prakoso Wibowo, Sp.DV, Spesialis Dermatologi Venereologi. (Foto: Dokumentasi)

Lebih lanjut, dr. Eko Prakoso Wibowo, Sp.DV, Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia menjelaskan terkait penyebab kulit gatal yang kerap dialami oleh Gen Z.

“Beberapa hal yang menjadi faktor seringnya Gen Z mendapatkan serangan gatal: pertama, karena di usia produktif Gen Z cenderung lebih aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga terpapar matahari dan polusi," jelas dr. Eko.

"Kedua, gaya hidup yang kurang sehat seperti makan makanan cepat saji dan minuman manis. Ketiga, berkaitan dengan stress. Biasanya stress menjalani kehidupan sehari-hari, baik sekolah maupun pekerjaan, bisa juga mempengaruhi waktu istirahat atau waktu tidur sehingga bisa memicu banyak permasalahan kulit yang diawali dengan gatal,” lanjutnya.

Gatal sendiri, tambahnya, bukan hanya suatu kondisi yang tidak nyaman, namun juga merupakan salah satu gejala dari berbagai permasalahan kulit lainnya.

Berbagai kelainan kulit yang sering dijumpai di klinik seperti eksim, infeksi jamur, dan akne vulgaris seringkali memunculkan gejala gatal.

“Gejala gatal seringkali dicetuskan dan bertambah parah oleh kondisi tertentu, contohnya cuaca panas dapat meningkatkan aktivitas kelenjar minyak sehingga menyebabkan kambuhnya eksim tipe seboroik," terangnya. 

"Iritasi debu serta stress berlebih dapat menyebabkan dermatitis atopik. Juga beberapa jenis eksim lainnya seperti dermatitis kontak alergi dan neurodermatitis, juga diawali dengan gatal,” kata dr. Eko.

Ia juga menjelaskan penyakit lain yang erat hubungannya dengan iklim, yaitu infeksi jamur.

Prevalensi infeksi jamur di Indonesia masih sangat tinggi karena berhubungan dengan iklim tropis dan kelembaban tinggi. Terutama pada kelompok dewasa muda dan jenis kelamin laki-laki. 

Aktivitas fisik yang tinggi, dan keringat yang berlebih, menyebabkan kulit menjadi lembab sehingga memundahkan pertumbuhan jamur.

“Terkait infeksi jamur ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan misalnya memastikan pakaian dalam keadaan kering dan bersih, menghindari pakaian yang terlalu ketat dan pilihlah pakaian dengan bahan yang mudah menyerap keringat.” tambahnya.

Pengobatan Gatal

Obat gatal yang biasa diberikan oleh dokter adalah obat golongan antihistamin.

Terapi topikal dengan kandungan bahan kortikosteroid, urea, menthol, dll juga dapat mengurangi gejala gatal. 

Tentunya pemberian obat-obatan tersebut bergantung dari penyakit yang diderita pasien.

Contoh pada pasien yang menderita eksim akan lebih baik bila menggunakan produk yang tepat dengan kandungan ceramide, menghindari paparan sinar matahari yang terlalu lama, dan mandi menggunakan air yang tidak terlalu panas tentunya akan mengurangi gejala gatal yang diderita pasien. 

Jika berbicara tentang Gen Z, tentu banyak tantangan dalam pelaksanaan terapi kulit gatal hingga penyakit kulit lainnya. 

Tantangan pertama yaitu misinformasi. Mudahnya akses internet saat ini membuat Gen Z senang mencari tahu penyakitnya lewat internet tanpa berkonsultasi pada dokter yang tepat. 

Hal ini kemudian memicu self-medication yang belum tentu aman. Pada akhirnya penyakit tidak sembuh dan malah justru menimbulkan stress. 

Oleh sebab itu, penting bagi Gen Z untuk lebih aware pada kondisi kulit gatal dan segera memeriksakannya ke dokter SpKK yang tepat.