Dua Perawat Menangis Saat Berikan Kesaksian dalam Sidang Setya Novanto

sidang setnov
sidang setnov (Foto : )
www.antvklik.com - Sidang kasus percobaan merintangi penyidikan korupsi KTP elektronik dengan terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo kembali digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta, dengan agenda keterangan saksi dari jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi. Enam saksi dihadirkan, dua diantaranya  perawat yang bersaksi menangis dan mengaku memperban dahi terdakwa kasus korupsi e-KTP Setya Novanto yang sebenarnya tidak luka.Enam saksi tersebut adalah dua perawat bernama Indri Astuti dan Nurul Rahmah, Kepala Bidang Perawatan Medis dokter Francia Anggraeni, dua orang satpam bernama Abdul Aziz dan Masnyur serta pengacara bernama Ahmad Rudyansyah.Di hadapan majelis hakim, saksi perawat Indri Astuti menyatakan  pada November 2018, ia ditugaskan oleh pihak rumah sakit untuk merawat pasien yang seorang pejabat bernama Setya Novanto. Meski pasien belum tiba, namun kamar VIP nomor 323 sudah disiapkan untuk pasien bernama Setya Novanto.Bersama dokter Bimanesh, Indri menerima pasien yang datang tiba-tiba dan diantar tiga orang ke lantai 3. Saat masuk di kamar 323, atas instruksi dokter bimanesh, Indri lalu menempel alat inpus tanpa menusukkan jarum ke tangan Setnov.Indri menyatakan sepanjang pemeriksaan awal, Indri melihat pasien terlihat lemas dan memejamkan mata.  Beberapa saat kemudian indri terkejut, saat tiba-tiba Setnov bangun dan membentak Indri dengan menanyakan kapan dirinya diperban, padahal dokter belum memberikan instruksi.Usai bertanya kepada doker Bimanesh soal layak atau tidak kepala Setnov di perban,  dokter bimanesh lalu instruksikan perawat indri untuk mengabulkan permintaan Setnov, tujuannya demi kenyamanan pasien.Indri pun mengambil betadine namun Setnov meminta obat merah, pada akhirnya Indripun langsung memakaikan perban di kepala Setnov yang diakuinya tak terluka dan tak lebam."Setahu saya itu ga perlu diperban, kata dokter Bimanesh perban saja, buat kenyamanan pasien. Kemudian saya melakukannya, “ ujar saksi Indri sambil menangis. Laporan Sandy March dari Jakarta.